BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tanaman dan Upakara
Tanaman adalah organisme hidup milik
kerajaan plantae. Definisi tepat dari
kerajaan bervariasi, tetapi sebagai istilah yang digunakan di sini, tanaman
meliputi organisme akrab seperti pohon, bunga, tumbuh-tumbuhan, semak-semak,
rumput, tanaman merambat, pakis, lumut, dan ganggang hijau. Kelompok ini juga disebut
tanaman hijau atau Viridiplantae dalam bahasa Latin. Mereka memperoleh sebagian
besar energi mereka dari sinar matahari melalui fotosintesis menggunakan
klorofil yang terkandung dalam kloroplas, yang memberikan mereka warna hijau
mereka.
Sarana upacara adalah upakara. Di Bali upakara
dipopulerkan dengan istilah banten.
Di India upakara disebut wedya.
Istilah wedya sebenarnya juga
terdapat di dalam pustaka agama Hindu di Bali yang juga berarti banten. Upakara atau banten merupakan perwujudan dan ajaran
bhakti marga dan karma marga. Kata upakara terdiri atas dua kata yaitu upa yang berarti sekeliling atau sesuatu
yang berhubungan dengan, dan kara
artinya tangan. Jadi upakara berarti segala sesuatu yang dibuat oleh tangan,
dengan lain perkataan suatu sarana persembahan yang berasal dan jerih payah
bekerja.
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1847&Itemid=29
(diakses selasa 03/12/2013). Pembuatan sarana upacara umat Hindu di Bali
memanfaatkan berbagai jenis tanaman untuk dijadikan persembahan. Persembahan
yang melibatkan tanaman meliputi bunga, daun, buah, dan sebagainnya.
Klasifikasi
tumbuh-tumbuhan menurut Caraka dibagi menjadi empat yaitu: (1) Vanaspati,
adalah pohon yang berbuah tanpa berbunga, (2) Panaspatyas, adalah pohon yang
berbunga dan berbuah, (3) Ausadhi, adalah tumbuh-tumbuhan yang layu setelah
berbuah, (4) Virudha, adalah tumbuh-tumbuhan lain yang batangnya menjalar. Virudha
terdiri dari dua kelas: (1) Lata, adalah
tumbuh-tumbuhan yang menjalar, (2) Gulma, adalah tumbuh-tumbuhan yang berbatang
lunak dan lembut. Ausadhi dibagi lagi menjadi (1) Tumbuh-tumbuhan berbuah yang
hidupnya musiman atau tahunan, (2) Tumbuh-tumbuhan yang layu setelah dewasa,
tanpa meninggalkan buah untuk pembiakan selanjutnya, misalnya: rumput, seperti
Durva (rumput kawat-cynodom dactylon). Virudha di bagi menjadi 2 kelas yaitu
(1) Tumbuh-tumbuhan menjalar yang batangnya menyebar di atas tanah
(pratanavatyah), (2) Tumbuh-tumbuhan yang batangnya lembut (gulminyah). Ausadi
adalah tumbuh-tumbuhan yang layu setelah dewasa tanpa berbunga atau berbuah,
seperti cendawan, lumut, dan serupa yang lainnya (phalapakanista godhumadayah).
Prasastapada. Prasastapada, dokter Vaisesika, membedakan tumbuh-tumbuhan yaitu:
(1) Trna, yaitu rumput, (2) Ausadhi, yaitu tumbuh-tumbuhan yang layu setelah
berbuah, (3) Lata, yaitu tumbuh-tumbuhan yang menjalar dan meramanabat, (4) Avatana,
yaitu pohon dan semak, (5) Vrksa, yaitu pohon yang berbunga dan berbuah, (6) Vanaspati,
yaitu tumbuh-tumbuhan yang berbuah tanpa berbunga.
2.2
Jenis Tanaman Upakara
Banten memiliki banyak jenis dan
bentuk serta bermacam-macam bahan. Bahan banten itu salah satunya adalah
tanaman. Bagian tanaman yang paling banyak dipakai sebagai kelengkapan dalam
upakara adalah bunga, kemudian buah dan daun. Bunga selain mempunyai makna
keindahan, juga umumnya berbau harum, sehingga dapat memberi pengaruh kesucian
dan membantu pemusatan pikiran menuju Tuhan.
Faktor seni dalam banten mempunyai arti penting karena
dapat menuntun fikiran yang penuh rasa bahagia dalam menuju Hyang Widhi. Oleh
karena itu faktor seni dalam keagamaan adalah positif karena berperan sebagai
penunjang pelaksnaan upacara agania untuk memekarkan rasa serta meningkatkan
kemantapan perasaan.
Meskipun bahan banten terdiri dan bermacam-macam,
namun prinsipnya bahan banten itu terdiri dari unsur isi alam yaitu (1) Mataya adalah bahan banten yang berasal
dari sesuatu yang tumbuh atau tumbuh-tumbuhan seperti daun, bunga, buah
dan sebagainya, (2) Maharya
adalah bahan banten yang berasal dari sesuatu yang lahir, diwakili oleh
binatang-binatang tertentu seperti kerbau, kambing, sapi dan sebagainya, (3) Mantiga adalah bahan banten yang berasal
dari yang lahir dari telor, termasuk telor itu sendiri seperti ayam, itik,
angsa, telor ayam, telor itik, telor angsa dan sebagainya, (4) Logam atau datu seperti perak, tembaga, besi, mas, timah (panca datu), (5) Air
atau cair, ada lima macam cairan atau air yang dipakai banten yaitu: (a) Air
yang berasal dari jasad atau sarira, diwakili dengan empehan atau susu, (b) Air
yang berasal dari buah-buahan, diwakili dengan berem, (c) Air yang berasal
dari uap atau kukus diwakili dengan arak, (d) Air yang berasal dari sari
bunga diwakili dengan madu, (e) Air yang berasal dari tanah atau bumi
diwakili oleh air hening. Kelima zat cair ini disebut panca amerta, (6) Api
dalam wujud dupa dan dipa (7) Angin dalam wujud asap yang harum
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1847&Itemid=29
(diakses selasa 03/12/2013)
2.2.1 Bunga
Kata bunga sering digunakan sebagai
kata untuk memanifestasikan sebuah keagunngan, keindahan, ketulusiklasan,
kesucian. Kata bunga selain sebagai kata untuk mewakili objek bunga itu
sendiri, kata bunga sering juaga berkonotasi ata kiasan. Bunga juga digunakan
sebagai lambang untk melukiskan keagunga-Nya, seperti apa yang disuratkan oleh
Sang Kawi yang memahami tentang hakikat-Nya. Dewata Nawa Sangga atau Nawa
Dewata dilukiskan dengan bunga tunjung atau teratai yang berwarna sembilan
sesuai dengan arah Asta Airwarya atau Asta Dala.
Mengenai arti dan makna bunga sebagai
sarana yang digunakan dalam upacara keagamaan memiliki makna yang sangat
penting. sebagai sarana pemujaan artinya sebagai sarana yang digunakan untuk
memuja sebagai perwakilan serta ungkapan hati yang tulus ikhlas yang memuja sebagai
ungkapan terimakasihnya kepada Hyang Widhi. Bunga sebagai simbol perwujudan
dari Shang Hyang Widhi dengan segala prabawanya (Putra, 2009:81-83).
Bunga berfungsi sebagai simbol Tuhan
(Siwa). Sebagai simbol Siwa atau Tuhan dalam sembahyang, bunga diletakkan
tersembul pada puncak cakupan kedua telapak tangan disaat sembahyang. Setelah
selesai sembahyang, bunga tadi biasanya diselipkan diatas kepala atau
disumpangkan pada kedua daun telinga. Bunga berfungsi sebagai sarana
persembahan sehingga bunga dipakai untuk mengisi upakara atau sesajen yang akan
dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, para Dewata, Bhatara-Bhatari
dan Roh suci leluhur. Bunga merupakan sarana utama dalam persembahyangan juga
sebagai persembahan yang tulus dan ikhlas, kesucian dan sifat maha kasih.
2.2.2 Buah
Buah
merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk upacara yadnya. Persembahan
buah atau biji-bijian tiada lain sebagai ungkapan rasa syukur, cetusan rasa
bhakti dan terimakasih kehadapan Hyang Widhi dengan segala prabawaNya atas
anugrah yang diberikanNya. Sebagai ungkapan rasa bhakti sudah sepantasnya
mempersembahkan segala hasil bumi termasuk buah-buahan yang terbaik.
Kenapa umat Hindu mempersembahkan
buah-buahan? Selain memang telah disuratkan pada sastra, seperti disebutkan
dalam Bhagavadgita XI-26, persembahan ini berkaitan erat dengan historis agama
Hindu khususnya di Bali yang mayoritas penduduknya bemata pencaharian sebagai
petani. Karakter petani khususnya yang beragama Hindu adalah petani yang
religius. Karena setiap tindakannya dalam usaha menggarap lahan pertanian
selali dimuai dengan melakukan persembahan (Putra, 2009:100).
Selain tradisi, landasan adanya
persembahan ini tiada lain hal ini secara jelas telah disuratkan dalam kitab
Bhagavadgita IX-26. Phalam atau buah
termasuk biji-bijian, merupakan sarana persembahan. Secara makna buah juga
berarti buah hati atau juga bermakna buah karya yang kita persembahkan
kepada-Nya (Putra, 2009:101). Buah
yang paling sering digunakan dalam upacara yadnya di Bali adalah buah kelapa,
padi/beras (beras merah), ketan, injin, tingkih, pangi, pinang, jenis
kacang-kacangan dan semua jenis buah-buahan yang boleh dimakan dan dipergunakan
untuk upakara. Dalam penulisan ini poin yang akan dibahas adalah buah kelapa
dan buah pisang.
Buah kelapa biasanya digunakan dalam
daksina. Dalam daksina buah kelapa merupakan simbul matahari atau “windu ” yakni cerminan sang hyang sadha
siwa. Buah yang serba guna (seluruh bagiannya dapat digunakan untuk kehidupan
manusia) disimbulkan sebagai bumi dan juga sebagai kepala. Selain digunakan
dalam daksina, buah kepala yang masih muda (klungah)
digunakan dalam panglukatan atau prayascita. Masih banyak lagi buah kelapa
digunakan dalam upakara yajna.
Buah pisang selalu digunakan dalam
setiap upakara semua yajna. Buah pisang menjadi buah pokok dalam pembuatan
upakara atau sesajen atau banten. Buah-buah yang lain menjadi buah pelengkap
dalam upakara tersebut. Alasan kenapa buah bisang menjadi buah pokok dalam
pembuatan banten adalah karena buah pisang merupakan buah lokal yang mudah
tumbuh dan berkembang biak dimana saja serta tidak mengenal musim. Hampir
seluruh daerah di Bali mudah menjumpai tanaman pisang ini. Terlebih lagi buah
pisang banyak jenisnya. Hal ini memudahkan masyarakat atau umat menggunakan
buah pisang sebagai bahan pokok dalam pembuatan banten atau sesajen.
2.2.3 Daun
Daun-daunan yang biasanya digunakan sebagai sarana upakara disebut
dengan plawa. Berdasarkan penjelasan
lontar Yajna Prakerti, Plawa melambangkan tumbuhnya pikiran yang hening dan
suci. Umat Hindu di dalam memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsinya sebagai
Sang Tri Murti hendaknya berusaha menumbuhkan pikiran yang suci dan hening.
Pikiran yang tumbuh dengan suci dan hening akan dapat menangkal atau
mengendalikan umat manusia dari pengaruh-pengaruh yang buruk atau jahat. Tuhan
Yang Maha Esa akan menganugrahkan rahmat-Nya kepada umat-Nya yang berpikiran
suci dan hening (Sudirga, 2005:60). Daun yang paling sering digunakan dalam
upacara yajna di Bali adalah janur, daun pisang/tlujungan, daun enau/ron, serta
daun lainnya seperti : sirih, plawa/kayumas, daun pilasa.
Janur
digunakan untuk membuat jejahitan dalam pembuatan banten. Semua bahan persiapan
banten terbuat dari janur dan slepan. Misalnya membuat tamas, tangkih, tipat,
sampian, canang, sesayut, dan masih banyak lagi. Daun pisang untuk membuat
kuangen, pembungkus kue untuk banten, tatakan dalam bokor, membuat segehan, dan
sebagainya.
2.3 Filosofi Tanaman Upakara
Secara prinsip Hindu
selalu mencari keharmonisan dengan alam dan lingkungan dengan mempersembahkan
hasil pertanian (patram, palam, puspam) sebagai
sarana yajna merupakan ciri besar dari agama Hindu ynag tidak jauh dari alam
lingkungan sekitar (Putra, 2009:36).
Ritual
Hindu buka dogma, bukan kepercayaan semata – mata, juga buka apologi, juga buka
sebuah ekspresi tahayul. Ritual Hindu merupakan “higt technology” (teknologi tingkat tinggi) yang belum sepenuhnya
dapat diungkap oleh kemampuan sains dan teknologi masa kini. Sains dan
teknologi harus berupaya sekuat tenaga untuk mampu mengungkap sedikit demi
sedikit “sains dan teknologi ritual Hindu” (Donder, 2007:279)
Pelaksanaan ritual uamt Hindu di Bali
menggunakan banten. Secara sepintas banten kelihatannya unik dan rumit. Namun
apabila diselidiki secara mendalam akan dapat dipahami bahwa banten mengandung
arti simbolik dan filosofis yang tinggi serta terpadu dengan seni rupa dan seni
rias yang mengagumkan.
Dasar
pelaksanaan yadnya, dahulu kala Hyang Widhi (Prajapati), menciptakan manusia
dengan jalan yadnya, dan bersabda: "dengan ini (yadnya) engkau akan
berkembang dan mendapatkan kebahagiaan (kamadhuk) sesuai dengan
keinginanmu".
Deván bhávayatá nena
te devá bhávayantuvah
parasparambhávayantah
sreyah param avápsyatha. (Bh. G. III.11)
terjemahan :
Dengan
ini (yadnya), kami berbakti kepada Hyang Widhi dan dengan ini pula Hyang Widhi
memelihara dan mengasihi kamu, jadi dengan saling memelihara satu sama lain,
kamu akan mencapai kebaikan yang maha tinggi.
Sehingga dalam
melakukan upacara dan menggunakan sarana simbol itu, umat Hindu tidak melakukan
begitu saja, tanpa dasar filosofi dan
dasar teologis. Persembahan dengan menggunakan berbagai sarana memilki sumber
yang komprehensif, sebagaimana dinyatakan dalam kita Bhagavadgita :
Patram puspam phalam toyam yo
mebhaktypraycchati
Tad aham
bhakyyaupahrtam asnami prayatatmanah
(Bhagavadgita IX.26)
‘Siapapun yang sujud bhakti kepada-Ku
mempersembahkan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah- buahan, dan seteguk
air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci
Sloka diatas ini merupakan dasar mengapa umat
Hindu mempersembahkan sesaji atau dalam bahasa Bali disebut dengan banten.
Sloka Bhagavadgita tersebut ditujukan kepada seluruh umat manusia dengan kata
“siapapun”.
Biasanya
pemujaan dan persembahan itu dapat dilakukan dalam bentuk upacara yadnya, yaitu
persembahan berupa banten atau sajen-sajen, yang terdiri dari bahan-bahan
seperti bunga, daun-daun, air dan buah-buahan. Semuanya ini adalah persembahan
yang bersifat simbolik. Yang terutama adalah hati suci, pikiran terpusatkan dan
jiwa dalam keseimbangan tertuju kepada Hyang Widhi. Persembahan berupa banten
merupakan salah satu jalan umat Hindu untuk mendekatkan diri dengan Ida Hyang
Widhi Wasa, namun perlu disadari jalan apaun yang manusia tempuh untuk mencapai
Tuhan asalkan tidak menimang segala hasil atas apa yang telah dilakukan pasti
diterima.
Karena kalimat Bhagavadgita IX.26 tersebut
disampaikan kepda semua kelompok umat manusia, dengan kata ‘siapapun’, maka
kalimat sloka Bhagadgita IX.26 tersebut didengar, dipahami dan dilaksanakan
oleh kedua kelompok orang, yaitu oleh kelompok vidya dan avidya sesui
dengan cara dan kemampuannya yang berbeda-beda. Orang-orang awam mendengar
perintah Tuhan “persembahkanlah sehelai daun, setangkai bunga, sebiji buah –
buahan dan seteguk air” maka mereka secara spontan tanpa berpikir panajang
mereka mempersembahkan sesaji berisikan rangkaian daun-daunan yang dilengkapi
dengan bunga-bunga hingga menjadi hinasan jaus yang indah, umat Hindu di Bali
menyebutnya dengan canang. Juga
rangkaian canang tersebutnada juga yang dilengkapi dengan buah-buhan, serta di
samping dilengakpi dnegan tirtha atau air yang dapat ditempatkan dalam segelas
atau daun dalam bahasa Bali disebut takir
(Donder, 2007:283).
Persembahan itu hanya merupakan simbol
ungkapan rasa syukur. dalam mewujudkan rasa syukuritu setiap orang atau
kelompok memiliki cara dan tatacara masing-masing yang tidak boleh dipaksakan. Sebagaimana
yang diisyaratkan dalam kitab suci Bhagavadgita IX.26 adalah sujud bhakti (Donder, 2007:284)
jika (1) umat biasa mempersembahkan patram ‘daun’ maka bagi orang bijak angga sarira ‘badan tubuhnya’ yang dipersembahkan, (2) umat biasa
memeprsembahkan puspam ‘bunga’ maka
bagi orang bijak; padma hrdaya ‘hati
dan pikiran suci’ yang dipersembahkan. (3)umat biasa mempersembahkan phalam ‘biji buah – buahan’ maka bagi
orang bijak suksma sarira ‘ batinnya’
yang dipersembhakan, (4) umat biasa mempersebahkan toyam ‘tirtha, air suci’ maka bagi orang bijak ‘linangan air mata samadhi sebagai wujud kerinduan akan
persatuan atma dengan paramatma yang dipersembahkan (Donder,
2007:285).
Demikian dijelaskan bahwa pesembahan berbagai sarwa prani adalah konsep cakra yajna,
maka antara yang mempersembahkan dengan
apa yang dipesembahkan sama-sama memiliki nilai posotif. Seperti disebutkan
dalam Manawa Dharmasastra V.40 bahwa penggnanaan sarwa prani bertujuan untuk mendoakan, agar semua jenis sarwa prani tersebut menjadi meningkat
dalam penjelmaannya yang akan datang (Putra, 2009:37).
Menurut Ketut Wiana pengguanaan sarwa
prani sebagai sarana keagaamaan adalah suatu upaya niskala adalam wujud
ritual keagamaan. Setiap langkah niskala
seyogyanya ditindaklanjuti dengan langah sekala atau nyata. Tumbuh-tumbuhan
merupakan sarana utama pembuatan banten. Unsur bunga diolah sedemikian rupa
ditambah dedaunan serta buah-buahan, sehingga menjadilah canang sari, canang
raka, daksina, pras, penyeneng, segehan dan sebagainya (Putra, 2009:33).
2.4 Tinjauan Ilmiah Tanaman Upakara
Pertamanan itu sendiri secara
keseluruhan sudah merupakan usada (obat), karena dapat menghilangkan stres,
kelelahan, letih, lesu, kebingungan, marah dan sebagainya. Akibat dari
keindahan dan kesejukan yang dipancarkan dari taman itu sendiri. Pertamanan
dapat mengubah karakter atau prilaku orang yang menempati atau penikmatnya,
ditambah lagi dengan aura yang dipancarkan, maka jiwa yang sedang marah atau
pemarah dapat menjadi penuh kasih sayang, duka menjadi periang, pendiam menjadi
humoris dan sebagainya.
Bukan saja secara kolektif tanaman dapat sebagai usada
(obat), akan tetapi secara sendiri-sendiri juga sering dipakai sebagai obat
atau usada, seperti misalnya tanaman janggar ulam (tanaman penyedap masakan)
sangat baik dipakai sebagai obat menurunkan dan menstabilkan tekanan darah
tinggi. Isnandar (2003) menyebutkan bahwa tanaman mahkota dewa, sangat baik
untuk mencegah penyakit kanker. Tanaman tanjung kalau dicampur dengan buah pinang
yang masih muda dan gambir sangat baik untuk memperbesar dan mengencangkan payudara.
Petikan cina, pulosari baik sekali dipakai untuk meningkatkan vitalitas kaum
laki. Bila sulit punya anak/mandul dapat diatasi dengan meminum ramuan umbi
bangle, bawah putih, kencur dan daun jempiring.
Tanaman yang sering digunakan oleh
umat Hindu dalam pelaksanaan upacara adalah sebagai berikut.
2.4.1 Kelapa
Kelapa
dalam bahasa Latin disebut Cocos nucifera
merupakan tanaman yang termasuk dalam jenis tanaman palma dengan buah yang
berukuran cukup besar dibanding dengan tanaman jenis palma yang lain. Tumbuhan
yang satu ini dimanfaatkan hampir di semua bagiannya untuk menunjang kehidupan
terutama bagi manusia oleh karena itu tanaman kelapa dianggap sebagai tumbuhan
yang multiguna, terutama bagi orang-orang di daerah pesisir. Kelapa juga
disebutkan untuk buah yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut.
Tumbuhan
atau tanaman kelapa sendiri diperkirakan berasal dari daerah pesisir di
Samudera Hindia di sisi Asia, namun dalam perkembangan dunia kini tanaman
kelapa telah bertumbuh dan beredar luas hampir di seluruh pantai tropika di
dunia. Sebagai tumbuhan atau tanaman yang multiguna tentu saja banyak sekali
manfaat penting dari tanaman ini namun dalam artikel ini hanya terbatas pada
manfaat dari buahnya saja. Apa saja manfaatnya, simak saja di Manfaat dan Khasiat
Buah Kelapa Bagi Kesehatan Tubuh Manusia.
Salah
satu buah yang sering digunakan dalam pelaksanaan upacara keagamaan umat Hindu
di Bali yaitu kelapa. Kelapa merupakan unsur terpenting dari berbagai jenis
kelengkapan upakara seperti dalam upakara keagamaan Hindu seperti Padudusan,
Pecaruan Rsi Gana, Labuh Gentuh dan pecaruan besar lainnya. Kelapa gading di
barat untuk Dewa Mahadewa, Kelapa Bulan (warna putih) di timur untuk Dewa
Iswara. Kelapa Gadang (hijau) di utara untuk Dewa Wisnu. Kelapa Udang di selatan
untuk Dewa Brahma. Kelapa Sudamala (Wiswa warna, campuran keempat warna yang
telah dikemukakan) di tengah untuk Dewa Siwa. Jenis kelapa yang lain dan juga
digunakan dalam kelengkapan upakara adalah kelapa Bojog, Rangda, Mulung, dan
Julit. Penanamannya di luar “natah” dapat disekitar dapur, areal pekarangan,
tegalan.
Perlu
diketahui bahwa air kelapa mengandung 4,7% dari total padatan, 2,6 % gula, 0,55
% protein, 0,74 % lemak, serta 0,46 % mineral. Komposisi gizi yang baik dari
buah kelapa tersebut menyebabkan air kelapa dapat difungsikan sebagai media
untuk pertumbuhan mikroba, misalnya saja Acetobacter xylinum yang digunakan
untuk produksi nata de coco. Manfaat
dan khasiat dari air kelapa muda untuk kesehatan : (1) Mengobati
penyakit demam berdarah dengan meminumnya secara rutin dan teratur, (2) Menghilangkan
rasa lelah dan lesu akibat kegiatan yang padat, (3) Mengobati perut cacingan
pada tubuh anak-anak. Dengan menambahkan sedikit sari jeruk pada setiap gelas
air kelapa muda. Sebaiknya diminum teratur 3x sehari, (4) Memperlancar buang
air kecil atau sebaliknya mengurangi lancarnya buang air kecil. Karena air
kelapa muda berkhasiat untuk membersihkan saluran kemih, (5) Pembasmi cacing
pada saluran usus. Dengan meminum air kelapa muda dengan teratur 3x sehari
ditambah 1 sdt minyak zaitun, (6) Mencukupi kebutuhan cairan bagi ibu/wanita
yang sedang hamil, (7) Sebagai penetralisir untuk orang yang sedang mabuk yang
disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu, (8) Air kelapa muda disinyalir
mengandung anti virus, anti bakteri, dan anti jamur yang sama seperti yang
terkandung pada air susu ibu, (9) Mampu menjaga fungsi pencernaan atau
metabolisme dalam tubuh, (10) Sebagai pereda mual-mual dan muntah-muntah, (11) Disinyalir
mampu memecah batu ginjal. Air kelapa berkhasiat melunakkan kerak dalam ginjal
dan (12) Merupakan cairan isotonik yang baik untuk menjaga kebugaran tubuh.
Selain
dari khasiat dan manfaat air buah kelapa muda sebagai tumbuhan yang multifungsi
daging buahnya pun mempunyai berbagai macam manfaat dan khasiat yang begit
besar beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. Kandungan dari daging buah kelapa yakni buah kelapa tua mengandung
kalori yang sangat tinggi, yaitu sebesar 359 kalori/100 gram nya; daging kelapa
yang masih setengah tua mengandung kalori 180 kal/100 gram nya dan daging
kelapa yang masih muda mengandung kalori sebesar 68 kal/100 gram. Sedangkan pada
air kelapa nilai kalori rata-rata berkisar 17 kal/100 gram nya. Air kelapa
hijau lebih banyak mengandung tanin atau anti racun yang paling tinggi daripada
jenis kelapa yang lain.
Manfaat dan khasiat buah kelapa antara lain :
(1) anti racun, sebagai penawar racun yang baik, (2) mengatasi panas dalam, (3)
menurunkan sakit panas atau panas demam, (4) sebagai obat mujarab demam
berdarah, (5) pencegah Influenza, (6) mengatasi penyakit kencing batu, (7) mengurangi
rasa sakit saat haid, (8) membasmi cacing kremi, (9) mengurangi rasa sakit gigi
dan (10) mengatasi dan mengurangi ketombe. Daun kelapa atau yang biasa disebut
dengan janur, memiliki banyak manfaat selain digunakan dalam upacara yajna bagi
umat Hindu di Bali, yaitu bisa dibuat
berbagai kerajinan tangan seperti ingka, sapu lidi, tikar, dan karangan bunga
dari janur, sehingga berguna bagi kehidupan manusia sehari-hari.
2.4.1 Pisang
Pisang
merupakan salah satu tanaman yang umat Hindu manfaatkan sebagai bentuk
persembahan baik itu dari buah, daun hingga batang. Pisang
(Musa paradisiaca L.) merupakan tumbuhan daerah tropis karena menyukai
iklim panas dan memerlukan matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh di tanah
cukup air pada daerah dengan ketinggian sampai 2000 meter di atas permukaan
laut. Ternyata pisang tidak hanya bermanfaat untuk upacara ritual saja, akan
tetapi ditinjau secara ilmiah ternyata pisang memiliki banyak manfaat untuk
kesehatan.
Buah
pisang rasanya manis, sifatnya dingin, astringen. Memelihara Yin, melumas
(lubricate) usus, penawar racun, penurun panas (antipiretik), antiradang,
peluruh kencing (diuretik), laksatif ringan.akar berkhasiat sebagai penawar
racun, pereda demam (antipiretik), mendinginkan darah, antiradang, dan peluruh
kencing.hati batang pisang berkhasiat penurun panas dan untuk perawatan rambut.
Cairan dari bonggol mengatasi infeksi saluran kencing, menghentikan perdarahan
(hemostatik), penurun panas (antipiretik), serta penghitam dan mencegah rambut
rontok. Buah muda dan akar berkhasiat astringen. Buah muda berkhasiat
antidiare, antidisentri, dan untuk pengobatan tukak lambung.
Kandungan
kimia dalam tanaman pisang. Akar mengandung serotonin, norepinefrin, tannin,
hidroksitriptamin, dopamine, vitamin A, B dan C. Buah mengandung flavonoid,
glukosa, fruktosa, sukrosa, tepung, protein, lemak, minyak menguap, kaya akan
vitamin (A, B,C dan E), mineral (kalium, kalsium, fosfor, Fe), pectin,
serotonin, 5-hidroksi triptamin, dopamine, dannoradrenalin. Kandungan kalium
pada buah pisang cukup tinggi yang kadarnya bervariasi tergantung jenis
pisangnya. Buah muda mengandung banyak tanin. Bagian tanaman yang dapat
digunakan sebagai obat adalah akar, buah, kulit buah, bonggol, hati batang
pisang, bunga, dan daunnya.
Indikasi penyakt yang sesuai dengan manfaat tanaman
pisang, yakni :
1. Akar
pisang digunakan untuk mengatasi :
- Sesak napas (asma),
- Air kemih (urin) mengandung darah, dan
- Penyakit kulit.
2. Cairan
dari bonggol digunakan untuk mengatasi :
- Berak darah karena panas dalam,
- Disentri, diare,
- Wasir berdarah,
- Perdarahan setelah melahirkan (perdarahan nifas),
- Pembersih sehabis melahirkan,
- Rambut rontok dan beruban,
- Radang ginjal, sifilis, dan
- Digigit ular berbisa.
3. Daun
yang masih tergulung digunakan untuk mengatasi :
- Tapal dingin pada kulit yang bengkat atau lecet,
- Disentri,
- Haid terlalu banyak,
- Mimisan dan perdarahan lainnya,
- Radang tenggorok,
- Radang otak (Epidemic encephalitis),
- Keputihan (leukorea), dan
- Batuk, sakit dada seperti bronchitis,
- Rambut tipis.
4. Buah
digunakan untuk mengatasi :
- Berak darah, batuk darah,
- Diare, disentri, tukak lambung (buah muda),
- Kurang darah (anemia),
- Panas disertai sukar buang air besar, rasa haus, dan lemah,
- Celiac disease, alergi tepungbpadi-padian,
- Kulit muka kering,
- Sariawan,
- Menghaluskan kulit tangan dan kaki,
- Sembelit (konstipasi),
- Wasir (hemoroid),
- Tekanan darah tinggi (hipertensi) dan
- Keracunan alcohol kronik (alkoholisme).
- Kulit pisang digunakan untuk mengatasi :
- Borok yang menyerupai kanker,
- Kelainan kulit pada herpes,
- Ulkus ditungkai pada penyakit diabetes mellitus,
- Kutil (wart),
- Migren,
- Hipetensi sekunder,
- Rambut tipis dan jarang, dan
- Luka bakar, tersiram air panas, kemerahan pada kulit (rash).
5. Bunga
digunakan untuk mengatasi :
- Mencegah perdarahan otak dan stroke.
DAFTAR
PUSTAKA
Arka,
I.B dkk. 2001. Ilmu – ilmu Pengetahuan
Eksakta Hindu Kuna. Surabaya :Paramita
Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu Pendiptaan,
Pemeliharaan, dan Peleburan Serta Penciptaan Kembali Alam Semesta. Surabaya
: Paramita
Putra,
I Nyoman Miarta. 2009. Mitos – mitos
Tanaman Upakara. Denpasar : Pustaka Manikgeni
Sudirga.
2005. Widya Dharma Agama Hindu Kelas X. Denpasar
: Ganesa Excat
Swastika,
I ketut Pasek. 2008. Puja Tri Sandya-Panca Sembah Arti dan Makna Bunga-Api-Air-Kwangen-Canangsari-Pejati
Agen Bola
BalasHapusAgen Judi
Agen Judi Online
Agen SBOBET
Agen IBCBET
Agen Casino
Poker Online
Agen Judi Terpercaya
Bandar Judi
Bandar Bola
Agen Casino
Bola Online
→ Prediksi Bola
• Prediksi Real Madrid vs Shakthar Donetsk
owh ternyata kelapa dan pisang termasuk tanaman upakara lihat juga dong : manfaat daun kelapa
BalasHapuspembahasan yang menarik juga didasari sumber buku dan internet.
BalasHapusNICE posting :) apa ini dibuat oleh anda sendiri?
suksma banget nggih infonya :)