Rabu, 18 Desember 2013

Tanaman Upakara ( Kelapa dan Pisang)



 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Tanaman dan Upakara
          Tanaman adalah organisme hidup milik kerajaan plantae. Definisi tepat dari kerajaan bervariasi, tetapi sebagai istilah yang digunakan di sini, tanaman meliputi organisme akrab seperti pohon, bunga, tumbuh-tumbuhan, semak-semak, rumput, tanaman merambat, pakis, lumut, dan ganggang hijau. Kelompok ini juga disebut tanaman hijau atau Viridiplantae dalam bahasa Latin. Mereka memperoleh sebagian besar energi mereka dari sinar matahari melalui fotosintesis menggunakan klorofil yang terkandung dalam kloroplas, yang memberikan mereka warna hijau mereka.
Sarana upacara adalah upakara. Di Bali upakara dipopulerkan dengan istilah banten. Di India upakara disebut wedya. Istilah wedya sebenarnya juga terdapat di dalam pustaka agama Hindu di Bali yang juga berarti banten. Upakara atau banten merupakan perwujudan dan ajaran bhakti marga dan karma marga. Kata upakara terdiri atas dua kata yaitu upa yang berarti sekeliling atau sesuatu yang berhubungan dengan, dan kara artinya tangan. Jadi upakara berarti segala sesuatu yang dibuat oleh tangan, dengan lain perkataan suatu sarana persembahan yang berasal dan jerih payah bekerja.
http://www.parisada.org/index.php?option=com_content&task=view&id=1847&Itemid=29 (diakses selasa 03/12/2013). Pembuatan sarana upacara umat Hindu di Bali memanfaatkan berbagai jenis tanaman untuk dijadikan persembahan. Persembahan yang melibatkan tanaman meliputi bunga, daun, buah, dan sebagainnya.
          Klasifikasi tumbuh-tumbuhan menurut Caraka dibagi menjadi empat yaitu: (1) Vanaspati, adalah pohon yang berbuah tanpa berbunga, (2) Panaspatyas, adalah pohon yang berbunga dan berbuah, (3) Ausadhi, adalah tumbuh-tumbuhan yang layu setelah berbuah, (4) Virudha, adalah tumbuh-tumbuhan lain yang batangnya menjalar. Virudha terdiri  dari dua kelas: (1) Lata, adalah tumbuh-tumbuhan yang menjalar, (2) Gulma, adalah tumbuh-tumbuhan yang berbatang lunak dan lembut. Ausadhi dibagi lagi menjadi (1) Tumbuh-tumbuhan berbuah yang hidupnya musiman atau tahunan, (2) Tumbuh-tumbuhan yang layu setelah dewasa, tanpa meninggalkan buah untuk pembiakan selanjutnya, misalnya: rumput, seperti Durva (rumput kawat-cynodom dactylon). Virudha di bagi menjadi 2 kelas yaitu (1) Tumbuh-tumbuhan menjalar yang batangnya menyebar di atas tanah (pratanavatyah), (2) Tumbuh-tumbuhan yang batangnya lembut (gulminyah). Ausadi adalah tumbuh-tumbuhan yang layu setelah dewasa tanpa berbunga atau berbuah, seperti cendawan, lumut, dan serupa yang lainnya (phalapakanista godhumadayah). Prasastapada. Prasastapada, dokter Vaisesika, membedakan tumbuh-tumbuhan yaitu: (1) Trna, yaitu rumput, (2) Ausadhi, yaitu tumbuh-tumbuhan yang layu setelah berbuah, (3) Lata, yaitu tumbuh-tumbuhan yang menjalar dan meramanabat, (4) Avatana, yaitu pohon dan semak, (5) Vrksa, yaitu pohon yang berbunga dan berbuah, (6) Vanaspati, yaitu tumbuh-tumbuhan yang berbuah tanpa berbunga.

2.2     Jenis Tanaman Upakara
          Banten memiliki banyak jenis dan bentuk serta bermacam-macam bahan. Bahan banten itu salah satunya adalah tanaman. Bagian tanaman yang paling banyak dipakai sebagai kelengkapan dalam upakara adalah bunga, kemudian buah dan daun. Bunga selain mempunyai makna keindahan, juga umumnya berbau harum, sehingga dapat memberi pengaruh kesucian dan membantu pemusatan pikiran menuju Tuhan.
Faktor seni dalam banten mempunyai arti penting karena dapat menuntun fikiran yang penuh rasa bahagia dalam menuju Hyang Widhi. Oleh karena itu faktor seni dalam keagamaan adalah positif karena berperan sebagai penunjang pelaksnaan upacara agania untuk memekarkan rasa serta meningkatkan kemantapan perasaan.
Meskipun bahan banten terdiri dan bermacam-macam, namun prinsipnya bahan banten itu terdiri dari unsur isi alam yaitu (1) Mataya adalah bahan banten yang berasal dari sesuatu yang tumbuh atau tumbuh-tumbuhan seperti daun, bunga, buah dan  sebagainya, (2) Maharya adalah bahan banten yang berasal dari sesuatu yang lahir, diwakili oleh binatang-binatang tertentu seperti kerbau, kambing, sapi dan sebagainya, (3) Mantiga adalah bahan banten yang berasal dari yang lahir dari telor, termasuk telor itu sendiri seperti ayam, itik, angsa, telor ayam, telor itik, telor angsa dan sebagainya, (4) Logam atau datu seperti perak, tembaga, besi, mas, timah (panca datu), (5) Air atau cair, ada lima macam cairan atau air yang dipakai banten yaitu: (a) Air yang berasal dari jasad atau sarira, diwakili dengan empehan atau susu, (b) Air yang berasal dari buah-buahan, diwakili dengan berem, (c) Air yang berasal dari uap atau kukus diwakili dengan arak, (d) Air yang berasal dari sari bunga diwakili dengan madu, (e) Air yang berasal dari tanah atau bumi diwakili oleh air hening. Kelima zat cair ini disebut panca amerta, (6) Api dalam wujud dupa dan dipa (7) Angin dalam wujud asap yang harum

2.2.1  Bunga
          Kata bunga sering digunakan sebagai kata untuk memanifestasikan sebuah keagunngan, keindahan, ketulusiklasan, kesucian. Kata bunga selain sebagai kata untuk mewakili objek bunga itu sendiri, kata bunga sering juaga berkonotasi ata kiasan. Bunga juga digunakan sebagai lambang untk melukiskan keagunga-Nya, seperti apa yang disuratkan oleh Sang Kawi yang memahami tentang hakikat-Nya. Dewata Nawa Sangga atau Nawa Dewata dilukiskan dengan bunga tunjung atau teratai yang berwarna sembilan sesuai dengan arah Asta Airwarya atau Asta Dala.
          Mengenai arti dan makna bunga sebagai sarana yang digunakan dalam upacara keagamaan memiliki makna yang sangat penting. sebagai sarana pemujaan artinya sebagai sarana yang digunakan untuk memuja sebagai perwakilan serta ungkapan hati yang tulus ikhlas yang memuja sebagai ungkapan terimakasihnya kepada Hyang Widhi. Bunga sebagai simbol perwujudan dari Shang Hyang Widhi dengan segala prabawanya (Putra, 2009:81-83).
          Bunga berfungsi sebagai simbol Tuhan (Siwa). Sebagai simbol Siwa atau Tuhan dalam sembahyang, bunga diletakkan tersembul pada puncak cakupan kedua telapak tangan disaat sembahyang. Setelah selesai sembahyang, bunga tadi biasanya diselipkan diatas kepala atau disumpangkan pada kedua daun telinga. Bunga berfungsi sebagai sarana persembahan sehingga bunga dipakai untuk mengisi upakara atau sesajen yang akan dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, para Dewata, Bhatara-Bhatari dan Roh suci leluhur. Bunga merupakan sarana utama dalam persembahyangan juga sebagai persembahan yang tulus dan ikhlas, kesucian dan sifat maha kasih.
2.2.2  Buah
          Buah merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk upacara yadnya. Persembahan buah atau biji-bijian tiada lain sebagai ungkapan rasa syukur, cetusan rasa bhakti dan terimakasih kehadapan Hyang Widhi dengan segala prabawaNya atas anugrah yang diberikanNya. Sebagai ungkapan rasa bhakti sudah sepantasnya mempersembahkan segala hasil bumi termasuk buah-buahan yang terbaik.
          Kenapa umat Hindu mempersembahkan buah-buahan? Selain memang telah disuratkan pada sastra, seperti disebutkan dalam Bhagavadgita XI-26, persembahan ini berkaitan erat dengan historis agama Hindu khususnya di Bali yang mayoritas penduduknya bemata pencaharian sebagai petani. Karakter petani khususnya yang beragama Hindu adalah petani yang religius. Karena setiap tindakannya dalam usaha menggarap lahan pertanian selali dimuai dengan melakukan persembahan (Putra, 2009:100).
          Selain tradisi, landasan adanya persembahan ini tiada lain hal ini secara jelas telah disuratkan dalam kitab Bhagavadgita IX-26. Phalam atau buah termasuk biji-bijian, merupakan sarana persembahan. Secara makna buah juga berarti buah hati atau juga bermakna buah karya yang kita persembahkan kepada-Nya (Putra, 2009:101). Buah yang paling sering digunakan dalam upacara yadnya di Bali adalah buah kelapa, padi/beras (beras merah), ketan, injin, tingkih, pangi, pinang, jenis kacang-kacangan dan semua jenis buah-buahan yang boleh dimakan dan dipergunakan untuk upakara. Dalam penulisan ini poin yang akan dibahas adalah buah kelapa dan buah pisang.
          Buah kelapa biasanya digunakan dalam daksina. Dalam daksina buah kelapa merupakan simbul matahari atau “windu ” yakni cerminan sang hyang sadha siwa. Buah yang serba guna (seluruh bagiannya dapat digunakan untuk kehidupan manusia) disimbulkan sebagai bumi dan juga sebagai kepala. Selain digunakan dalam daksina, buah kepala yang masih muda (klungah) digunakan dalam panglukatan atau prayascita. Masih banyak lagi buah kelapa digunakan dalam upakara yajna.
          Buah pisang selalu digunakan dalam setiap upakara semua yajna. Buah pisang menjadi buah pokok dalam pembuatan upakara atau sesajen atau banten. Buah-buah yang lain menjadi buah pelengkap dalam upakara tersebut. Alasan kenapa buah bisang menjadi buah pokok dalam pembuatan banten adalah karena buah pisang merupakan buah lokal yang mudah tumbuh dan berkembang biak dimana saja serta tidak mengenal musim. Hampir seluruh daerah di Bali mudah menjumpai tanaman pisang ini. Terlebih lagi buah pisang banyak jenisnya. Hal ini memudahkan masyarakat atau umat menggunakan buah pisang sebagai bahan pokok dalam pembuatan banten atau sesajen.
         
2.2.3  Daun
          Daun-daunan yang biasanya digunakan sebagai sarana upakara disebut dengan plawa. Berdasarkan penjelasan lontar Yajna Prakerti, Plawa melambangkan tumbuhnya pikiran yang hening dan suci. Umat Hindu di dalam memuja Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsinya sebagai Sang Tri Murti hendaknya berusaha menumbuhkan pikiran yang suci dan hening. Pikiran yang tumbuh dengan suci dan hening akan dapat menangkal atau mengendalikan umat manusia dari pengaruh-pengaruh yang buruk atau jahat. Tuhan Yang Maha Esa akan menganugrahkan rahmat-Nya kepada umat-Nya yang berpikiran suci dan hening (Sudirga, 2005:60). Daun yang paling sering digunakan dalam upacara yajna di Bali adalah janur, daun pisang/tlujungan, daun enau/ron, serta daun lainnya seperti : sirih, plawa/kayumas, daun pilasa.
          Janur digunakan untuk membuat jejahitan dalam pembuatan banten. Semua bahan persiapan banten terbuat dari janur dan slepan. Misalnya membuat tamas, tangkih, tipat, sampian, canang, sesayut, dan masih banyak lagi. Daun pisang untuk membuat kuangen, pembungkus kue untuk banten, tatakan dalam bokor, membuat segehan, dan sebagainya.

2.3     Filosofi Tanaman Upakara
          Secara prinsip Hindu selalu mencari keharmonisan dengan alam dan lingkungan dengan mempersembahkan hasil pertanian (patram, palam, puspam) sebagai sarana yajna merupakan ciri besar dari agama Hindu ynag tidak jauh dari alam lingkungan sekitar (Putra, 2009:36).
Ritual Hindu buka dogma, bukan kepercayaan semata – mata, juga buka apologi, juga buka sebuah ekspresi tahayul. Ritual Hindu merupakan “higt technology” (teknologi tingkat tinggi) yang belum sepenuhnya dapat diungkap oleh kemampuan sains dan teknologi masa kini. Sains dan teknologi harus berupaya sekuat tenaga untuk mampu mengungkap sedikit demi sedikit “sains dan teknologi ritual Hindu” (Donder, 2007:279)
          Pelaksanaan ritual uamt Hindu di Bali menggunakan banten. Secara sepintas banten kelihatannya unik dan rumit. Namun apabila diselidiki secara mendalam akan dapat dipahami bahwa banten mengandung arti simbolik dan filosofis yang tinggi serta terpadu dengan seni rupa dan seni rias yang mengagumkan.       
Dasar pelaksanaan yadnya, dahulu kala Hyang Widhi (Prajapati), menciptakan manusia dengan jalan yadnya, dan bersabda: "dengan ini (yadnya) engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan (kamadhuk) sesuai dengan keinginanmu".
    Deván bhávayatá nena
    te devá bhávayantuvah
    parasparambhávayantah
    sreyah param avápsyatha. (Bh. G. III.11)
terjemahan :
Dengan ini (yadnya), kami berbakti kepada Hyang Widhi dan dengan ini pula Hyang Widhi memelihara dan mengasihi kamu, jadi dengan saling memelihara satu sama lain, kamu akan mencapai kebaikan yang maha tinggi.

           Sehingga dalam melakukan upacara dan menggunakan sarana simbol itu, umat Hindu tidak melakukan begitu saja,  tanpa dasar filosofi dan dasar teologis. Persembahan dengan menggunakan berbagai sarana memilki sumber yang komprehensif, sebagaimana dinyatakan dalam kita Bhagavadgita :
            Patram puspam phalam toyam yo mebhaktypraycchati
Tad aham bhakyyaupahrtam asnami prayatatmanah
                                                                        (Bhagavadgita IX.26)
‘Siapapun yang sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah- buahan, dan seteguk air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci

Sloka diatas ini merupakan dasar mengapa umat Hindu mempersembahkan sesaji atau dalam bahasa Bali disebut dengan banten. Sloka Bhagavadgita tersebut ditujukan kepada seluruh umat manusia dengan kata “siapapun”.
Biasanya pemujaan dan persembahan itu dapat dilakukan dalam bentuk upacara yadnya, yaitu persembahan berupa banten atau sajen-sajen, yang terdiri dari bahan-bahan seperti bunga, daun-daun, air dan buah-buahan. Semuanya ini adalah persembahan yang bersifat simbolik. Yang terutama adalah hati suci, pikiran terpusatkan dan jiwa dalam keseimbangan tertuju kepada Hyang Widhi. Persembahan berupa banten merupakan salah satu jalan umat Hindu untuk mendekatkan diri dengan Ida Hyang Widhi Wasa, namun perlu disadari jalan apaun yang manusia tempuh untuk mencapai Tuhan asalkan tidak menimang segala hasil atas apa yang telah dilakukan pasti diterima.
Karena kalimat Bhagavadgita IX.26 tersebut disampaikan kepda semua kelompok umat manusia, dengan kata ‘siapapun’, maka kalimat sloka Bhagadgita IX.26 tersebut didengar, dipahami dan dilaksanakan oleh kedua kelompok orang, yaitu oleh kelompok vidya dan avidya sesui dengan cara dan kemampuannya yang berbeda-beda. Orang-orang awam mendengar perintah Tuhan “persembahkanlah sehelai daun, setangkai bunga, sebiji buah – buahan dan seteguk air” maka mereka secara spontan tanpa berpikir panajang mereka mempersembahkan sesaji berisikan rangkaian daun-daunan yang dilengkapi dengan bunga-bunga hingga menjadi hinasan jaus yang indah, umat Hindu di Bali menyebutnya dengan canang. Juga rangkaian canang tersebutnada juga yang dilengkapi dengan buah-buhan, serta di samping dilengakpi dnegan tirtha atau air yang dapat ditempatkan dalam segelas atau daun dalam bahasa Bali disebut takir (Donder, 2007:283).
Persembahan itu hanya merupakan simbol ungkapan rasa syukur. dalam mewujudkan rasa syukuritu setiap orang atau kelompok memiliki cara dan tatacara masing-masing yang tidak boleh dipaksakan. Sebagaimana yang diisyaratkan dalam kitab suci Bhagavadgita IX.26 adalah sujud bhakti (Donder, 2007:284)
jika (1) umat biasa mempersembahkan patram ‘daun’  maka bagi orang bijak angga sarira ‘badan tubuhnya’ yang dipersembahkan, (2) umat biasa memeprsembahkan puspam ‘bunga’ maka bagi orang bijak; padma hrdaya ‘hati dan pikiran suci’ yang dipersembahkan. (3)umat biasa mempersembahkan phalam ‘biji buah – buahan’ maka bagi orang bijak suksma sarira ‘ batinnya’ yang dipersembhakan, (4) umat biasa mempersebahkan toyam ‘tirtha, air suci’ maka bagi orang bijak ‘linangan air mata samadhi sebagai wujud kerinduan akan persatuan atma dengan paramatma yang dipersembahkan (Donder, 2007:285).

Demikian dijelaskan bahwa pesembahan berbagai sarwa prani adalah konsep cakra yajna, maka  antara yang mempersembahkan dengan apa yang dipesembahkan sama-sama memiliki nilai posotif. Seperti disebutkan dalam Manawa Dharmasastra V.40 bahwa penggnanaan sarwa prani bertujuan untuk mendoakan, agar semua jenis sarwa prani tersebut menjadi meningkat dalam penjelmaannya yang akan datang (Putra, 2009:37).
          Menurut Ketut Wiana pengguanaan sarwa prani sebagai sarana keagaamaan adalah suatu upaya niskala adalam wujud ritual keagamaan. Setiap langkah niskala seyogyanya ditindaklanjuti dengan langah sekala atau nyata. Tumbuh-tumbuhan merupakan sarana utama pembuatan banten. Unsur bunga diolah sedemikian rupa ditambah dedaunan serta buah-buahan, sehingga menjadilah canang sari, canang raka, daksina, pras, penyeneng, segehan dan sebagainya (Putra, 2009:33).

2.4     Tinjauan Ilmiah Tanaman Upakara
          Pertamanan itu sendiri secara keseluruhan sudah merupakan usada (obat), karena dapat menghilangkan stres, kelelahan, letih, lesu, kebingungan, marah dan sebagainya. Akibat dari keindahan dan kesejukan yang dipancarkan dari taman itu sendiri. Pertamanan dapat mengubah karakter atau prilaku orang yang menempati atau penikmatnya, ditambah lagi dengan aura yang dipancarkan, maka jiwa yang sedang marah atau pemarah dapat menjadi penuh kasih sayang, duka menjadi periang, pendiam menjadi humoris dan sebagainya.
Bukan saja secara kolektif tanaman dapat sebagai usada (obat), akan tetapi secara sendiri-sendiri juga sering dipakai sebagai obat atau usada, seperti misalnya tanaman janggar ulam (tanaman penyedap masakan) sangat baik dipakai sebagai obat menurunkan dan menstabilkan tekanan darah tinggi. Isnandar (2003) menyebutkan bahwa tanaman mahkota dewa, sangat baik untuk mencegah penyakit kanker. Tanaman tanjung kalau dicampur dengan buah pinang yang masih muda dan gambir sangat baik untuk memperbesar dan mengencangkan payudara. Petikan cina, pulosari baik sekali dipakai untuk meningkatkan vitalitas kaum laki. Bila sulit punya anak/mandul dapat diatasi dengan meminum ramuan umbi bangle, bawah putih, kencur dan daun jempiring.
          Tanaman yang sering digunakan oleh umat Hindu dalam pelaksanaan upacara adalah sebagai berikut.

2.4.1  Kelapa
Kelapa dalam bahasa Latin disebut Cocos nucifera merupakan tanaman yang termasuk dalam jenis tanaman palma dengan buah yang berukuran cukup besar dibanding dengan tanaman jenis palma yang lain. Tumbuhan yang satu ini dimanfaatkan hampir di semua bagiannya untuk menunjang kehidupan terutama bagi manusia oleh karena itu tanaman kelapa dianggap sebagai tumbuhan yang multiguna, terutama bagi orang-orang di daerah pesisir. Kelapa juga disebutkan untuk buah yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut.
Tumbuhan atau tanaman kelapa sendiri diperkirakan berasal dari daerah pesisir di Samudera Hindia di sisi Asia, namun dalam perkembangan dunia kini tanaman kelapa telah bertumbuh dan beredar luas hampir di seluruh pantai tropika di dunia. Sebagai tumbuhan atau tanaman yang multiguna tentu saja banyak sekali manfaat penting dari tanaman ini namun dalam artikel ini hanya terbatas pada manfaat dari buahnya saja. Apa saja manfaatnya, simak saja di Manfaat dan Khasiat Buah Kelapa Bagi Kesehatan Tubuh Manusia.
             Salah satu buah yang sering digunakan dalam pelaksanaan upacara keagamaan umat Hindu di Bali yaitu kelapa. Kelapa merupakan unsur terpenting dari berbagai jenis kelengkapan upakara seperti dalam upakara keagamaan Hindu seperti Padudusan, Pecaruan Rsi Gana, Labuh Gentuh dan pecaruan besar lainnya. Kelapa gading di barat untuk Dewa Mahadewa, Kelapa Bulan (warna putih) di timur untuk Dewa Iswara. Kelapa Gadang (hijau) di utara untuk Dewa Wisnu. Kelapa Udang di selatan untuk Dewa Brahma. Kelapa Sudamala (Wiswa warna, campuran keempat warna yang telah dikemukakan) di tengah untuk Dewa Siwa. Jenis kelapa yang lain dan juga digunakan dalam kelengkapan upakara adalah kelapa Bojog, Rangda, Mulung, dan Julit. Penanamannya di luar “natah” dapat disekitar dapur, areal pekarangan, tegalan.
Perlu diketahui bahwa air kelapa mengandung 4,7% dari total padatan, 2,6 % gula, 0,55 % protein, 0,74 % lemak, serta 0,46 % mineral. Komposisi gizi yang baik dari buah kelapa tersebut menyebabkan air kelapa dapat difungsikan sebagai media untuk pertumbuhan mikroba, misalnya saja Acetobacter xylinum yang digunakan untuk produksi nata de coco. Manfaat dan khasiat dari air kelapa muda untuk kesehatan : (1) Mengobati penyakit demam berdarah dengan meminumnya secara rutin dan teratur, (2) Menghilangkan rasa lelah dan lesu akibat kegiatan yang padat, (3) Mengobati perut cacingan pada tubuh anak-anak. Dengan menambahkan sedikit sari jeruk pada setiap gelas air kelapa muda. Sebaiknya diminum teratur 3x sehari, (4) Memperlancar buang air kecil atau sebaliknya mengurangi lancarnya buang air kecil. Karena air kelapa muda berkhasiat untuk membersihkan saluran kemih, (5) Pembasmi cacing pada saluran usus. Dengan meminum air kelapa muda dengan teratur 3x sehari ditambah 1 sdt minyak zaitun, (6) Mencukupi kebutuhan cairan bagi ibu/wanita yang sedang hamil, (7) Sebagai penetralisir untuk orang yang sedang mabuk yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu, (8) Air kelapa muda disinyalir mengandung anti virus, anti bakteri, dan anti jamur yang sama seperti yang terkandung pada air susu ibu, (9) Mampu menjaga fungsi pencernaan atau metabolisme dalam tubuh, (10) Sebagai pereda mual-mual dan muntah-muntah, (11) Disinyalir mampu memecah batu ginjal. Air kelapa berkhasiat melunakkan kerak dalam ginjal dan (12) Merupakan cairan isotonik yang baik untuk menjaga kebugaran tubuh.
Selain dari khasiat dan manfaat air buah kelapa muda sebagai tumbuhan yang multifungsi daging buahnya pun mempunyai berbagai macam manfaat dan khasiat yang begit besar beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. Kandungan dari daging buah kelapa yakni buah kelapa tua mengandung kalori yang sangat tinggi, yaitu sebesar 359 kalori/100 gram nya; daging kelapa yang masih setengah tua mengandung kalori 180 kal/100 gram nya dan daging kelapa yang masih muda mengandung kalori sebesar 68 kal/100 gram. Sedangkan pada air kelapa nilai kalori rata-rata berkisar 17 kal/100 gram nya. Air kelapa hijau lebih banyak mengandung tanin atau anti racun yang paling tinggi daripada jenis kelapa yang lain.
Manfaat dan khasiat buah kelapa antara lain : (1) anti racun, sebagai penawar racun yang baik, (2) mengatasi panas dalam, (3) menurunkan sakit panas atau panas demam, (4) sebagai obat mujarab demam berdarah, (5) pencegah Influenza, (6) mengatasi penyakit kencing batu, (7) mengurangi rasa sakit saat haid, (8) membasmi cacing kremi, (9) mengurangi rasa sakit gigi dan (10) mengatasi dan mengurangi ketombe. Daun kelapa atau yang biasa disebut dengan janur, memiliki banyak manfaat selain digunakan dalam upacara yajna bagi umat Hindu di Bali,  yaitu bisa dibuat berbagai kerajinan tangan seperti ingka, sapu lidi, tikar, dan karangan bunga dari janur, sehingga berguna bagi kehidupan manusia sehari-hari.

2.4.1  Pisang
            Pisang merupakan salah satu tanaman yang umat Hindu manfaatkan sebagai bentuk persembahan baik itu dari buah, daun hingga batang. Pisang (Musa paradisiaca L.) merupakan tumbuhan daerah tropis karena menyukai iklim panas dan memerlukan matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh di tanah cukup air pada daerah dengan ketinggian sampai 2000 meter di atas permukaan laut. Ternyata pisang tidak hanya bermanfaat untuk upacara ritual saja, akan tetapi ditinjau secara ilmiah ternyata pisang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.
Buah pisang rasanya manis, sifatnya dingin, astringen. Memelihara Yin, melumas (lubricate) usus, penawar racun, penurun panas (antipiretik), antiradang, peluruh kencing (diuretik), laksatif ringan.akar berkhasiat sebagai penawar racun, pereda demam (antipiretik), mendinginkan darah, antiradang, dan peluruh kencing.hati batang pisang berkhasiat penurun panas dan untuk perawatan rambut. Cairan dari bonggol mengatasi infeksi saluran kencing, menghentikan perdarahan (hemostatik), penurun panas (antipiretik), serta penghitam dan mencegah rambut rontok. Buah muda dan akar berkhasiat astringen. Buah muda berkhasiat antidiare, antidisentri, dan untuk pengobatan tukak lambung.
Kandungan kimia dalam tanaman pisang. Akar mengandung serotonin, norepinefrin, tannin, hidroksitriptamin, dopamine, vitamin A, B dan C. Buah mengandung flavonoid, glukosa, fruktosa, sukrosa, tepung, protein, lemak, minyak menguap, kaya akan vitamin (A, B,C dan E), mineral (kalium, kalsium, fosfor, Fe), pectin, serotonin, 5-hidroksi triptamin, dopamine, dannoradrenalin. Kandungan kalium pada buah pisang cukup tinggi yang kadarnya bervariasi tergantung jenis pisangnya. Buah muda mengandung banyak tanin. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah akar, buah, kulit buah, bonggol, hati batang pisang, bunga, dan daunnya.
Indikasi penyakt yang sesuai dengan manfaat tanaman pisang, yakni :
1.      Akar pisang digunakan untuk mengatasi :
  • Sesak napas (asma),
  • Air kemih (urin) mengandung darah, dan
  • Penyakit kulit.
2.      Cairan dari bonggol digunakan untuk mengatasi :
  • Berak darah karena panas dalam,
  • Disentri, diare,
  • Wasir berdarah,
  • Perdarahan setelah melahirkan (perdarahan nifas),
  • Pembersih sehabis melahirkan,
  • Rambut rontok dan beruban,
  • Radang ginjal, sifilis, dan
  • Digigit ular berbisa.
3.      Daun yang masih tergulung digunakan untuk mengatasi :
  • Tapal dingin pada kulit yang bengkat atau lecet,
  • Disentri,
  • Haid terlalu banyak,
  • Mimisan dan perdarahan lainnya,
  • Radang tenggorok,
  • Radang otak (Epidemic encephalitis),
  • Keputihan (leukorea), dan
  • Batuk, sakit dada seperti bronchitis,
  • Rambut tipis.
4.      Buah digunakan untuk mengatasi :
  • Berak darah, batuk darah,
  • Diare, disentri, tukak lambung (buah muda),
  • Kurang darah (anemia),
  • Panas disertai sukar buang air besar, rasa haus, dan lemah,
  • Celiac disease, alergi tepungbpadi-padian,
  • Kulit muka kering,
  • Sariawan,
  • Menghaluskan kulit tangan dan kaki,
  • Sembelit (konstipasi),
  • Wasir (hemoroid),
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi) dan
  • Keracunan alcohol kronik (alkoholisme).
  • Kulit pisang digunakan untuk mengatasi :
  • Borok yang menyerupai kanker,
  • Kelainan kulit pada herpes,
  • Ulkus ditungkai pada penyakit diabetes mellitus,
  • Kutil (wart),
  • Migren,
  • Hipetensi sekunder,
  • Rambut tipis dan jarang, dan
  • Luka bakar, tersiram air panas, kemerahan pada kulit (rash).
5.      Bunga digunakan untuk mengatasi :
  • Mencegah perdarahan otak dan stroke.


DAFTAR PUSTAKA

Arka, I.B dkk. 2001. Ilmu – ilmu Pengetahuan Eksakta Hindu Kuna. Surabaya :Paramita

Donder, I Ketut. 2007. Kosmologi Hindu Pendiptaan, Pemeliharaan, dan Peleburan Serta Penciptaan Kembali Alam Semesta. Surabaya : Paramita

Putra, I Nyoman Miarta. 2009. Mitos – mitos Tanaman Upakara. Denpasar : Pustaka Manikgeni

Sudirga. 2005. Widya Dharma Agama Hindu Kelas X. Denpasar : Ganesa Excat

Swastika, I ketut Pasek. 2008. Puja Tri Sandya-Panca Sembah Arti dan Makna Bunga-Api-Air-Kwangen-Canangsari-Pejati








3 komentar: