Selasa, 17 Desember 2013

Implementasi ajaran Yoga

IMPLEMENTASI AJARAN YOGA DALAM PERSPEKTIF PENGALAMAN HIDUP

A.    PEMBAHASAN
Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia harus disucikan. Bernafas pun adalah suatu perbuatan, tanpa melakukan karma manusia tidak dapat hidup sedetik pun didunia ini. Hidup di dunia ini merupakan buah karma saya terdahulu yang lahir kembali menjadi manusia untuk memperbaiki perbuatan-perbuatan terdahulu agar dapat mencapai kebahagiaan.
Saya di lahirkan di Kota Singaraja pada tanggal 29 Maret  1992 dini hari. Dan pada saat itulah saya mulai dapat merasakan hidup di dunia ini. Saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara dan saya tidak mempunyai saudara laki-laki. Sebenarnya kelahiran saya ini tidak diharapkan oleh orang tua saya terutama bapak saya karena bapak menginginkan mempunyai anak laki-laki untuk meneruskan garis keturunannya tetapi yang lahir perempuan. Dengan bantuan keluarga besar  yang telah memberikan pengertian-pengertian akhirnya bapak saya mengerti dan mau menerima saya sebagai anaknya dan mulai menyayangi saya bagaimana selayaknya kasih sayang seorang bapak kepada anaknya. Hidup keluarga saya sangatlah sederhana hanya dengan mengandalkan gaji bapak dan ibu sebagai pedagang di rumah mereka mampu menghidupi ketiga anaknya. Dan karena saya anak paling buncit  atau bungsu jadi saya merasa sangat egois, ingin meminta lebih ketimbang kakak-kakak saya dan selalu ingin menang sendiri.  Dari kecil sesuatu yang mulai bisa saya ingat adalah saat saya mulai duduk bangku sekolah yaitu dari tingkat yang paling dasar Taman Kanak-Kanak (TK). Pada saat itu saya berumur 6 tahun dan sudah seperti anak kecil pada umumnya. Saya suka dengan hal-hal yang menarik, hal-hal yang ekstrim, suka bermain, dan menangis pun termasuk hobi saya. Hal yang menarik pada saat itu adalah saya sangat suka makan dan susah untuk mandi. Karena mandi merupakan hal yang menakutkan bagi saya, mengapa demikian karena pada saat ibu memandikan saya pasti ujung-ujungnya keramas, dan inilah penyebabnya saya takut mandi karena keramas takut jika sabun mengenai mata, itu sangat perih sekali sampai-sampai mata saya merah padam dan menangis menjerit-jerit. Di TK saya diajarkan untuk melatih diri sebelum melakukan sesuatu selalu di awali dengan berdoa. Misalnya sebelum makan cuci tangan terlebih dahulu lalu berdoa mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, sebelum mulai belajar dan sebelum pulang. Itu dilatih terus menerus dan agar selalu ingat sampai sekarang.
Beranjak dari TK (Taman Kanak - Kanak) melanjutkannya ke SD (Sekolah Dasar), saya bersekolah di SD 1 dan 2 Paket Agung. Sebenarnya saya merasa takut dan enggan masuk SD selain karena saya susah berinteraksi dengan lingkungan yang baru saya merasa takut kalau nanti saya belajar di rumah pasti di ajar oleh bapak saya, karena saya melihat pengalaman kakak-kakak saya kalau di ajar oleh bapak pasti ujung-ujungnya nangis karena bapak saya sangat keras dan salah sedikit pasti marahnya bukan main. Itu yang membuat saya enggan masuk SD kenapa tidak TK saja, hanya bermain-main dan makan saja sedangkan di SD harus belajar saja. Dan memang benar setiap malam rumah saya selalu dihiasi dengan tangisan saya dan suara bapak yang marah-marah mengajarkan saya. Kalau sudah sampai nangis ibu saya baru menghampiri untuk memberi pengertian kepada bapak saya. Memang saya mengerti dengan bapak mengajarkan saya seperti itu agar saya cepat bisa dan mengerti tetapi karena suara bapak yang keras dan membentak-bentak itu yang menyebabkan saya menangis tersedu-sedu. Di sekolah saya mulai diajarkan bersembahyang, Tri Sandya tiga kali sehari dengan sikap yang sempurna. Dan dilatih untuk selalu berbakti kepada Tuhan dan Orang Tua. Pada saat itu di rumah saya mempunyai anjing yang sangat lucu yang di berikan oleh paman yang bekerja di Denpasar, anjing itu sejenis golden dan saya memeliharanya dari kecil. Mulai dari memberi makan, memandikan, dan memberi vaksin setiap bulan karena anjing sejenis itu sangat susah memeliharanya. Entah tidak tahu kenapa satu tahun saya memeliharanya, anjing itu sakit tidak mau makan. Di periksa oleh dokter pun sudah tetapi tetap saja tidak mau makan. Akhirnya pada pagi hari Bapak saya melihat anjing itu telah mati. Bapak mengubur mayat anjing itu di belakang rumah, saya pun merasa sangat iba dan sedih karena tidak ada lagi teman bermain setiap malam.
Pelajaran yang telah saya terima di SD dari kelas 1 baru saya bisa mengerti pada saat saya kelas IV, mulai melakukan apa- apa yang pernah diajarkan oleh guru di sekolah dan saya terapkan di rumah. Saya mulai membantu ibu di rumah mencuci piring dan mulai di ajarkan oleh ibu mesayuban atau meyadnya sesa dan sorenya saya di beri tugas untuk sembahyang (maturan canang setiap sore) di sekeliling rumah. Dan setiap hari Purnama dan tilem saya di sekolah berpakaian adat ke pura dan melakukan persembahyangan bersama-sama pada pagi hari di Padmasana sekolah. Dari sana saya mengetahui kata Mesesangi dan saya lakukan pada saat saya menempuh Ujian Akhir Nasional, saya mesesangi di Padmasana Sekolah apabila saya lulus nanti saya akan menghaturkan sesajen. Dan memang benar terjadi berkat doa dari orang Tua dan saya sendiri dan berusaha dengan keras saya pun lulus dan di terima di SMP N 1 Singaraja. Sayapun memenuhi janji untuk menghaturkan sesajen di Padmasana Sekolah dan mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan.
Satu masalah pun datang bapak saya tidak setuju saya melanjutkan pendidikan di SMP N 1 Singaraja, bukan karena terbentur biaya tetapi karena jarak antara rumah dan sekolah terbilang sangat jauh, sebelumnya saya tinggal di Mes LP (Lembaga Pemasyarakatan) Singaraja karena bapak bekerja di sana dekat dengan SD dimana saya sekolah. Dan setelah saya tamat SD saya pindah rumah karena bapak sudah mampu membeli rumah di Desa Baktisraga Buleleng. Bapak tidak mau ambil resiko kalau nanti ia tidak sempat mengantar jemput saya sekolah pendidikan jadi terbelangkai dan saya tidak di perbolehkan naik angkutan umum karena saya dikatakan masih kecil rawan penculikan. Dan akhirnya saya sekolah di SMP N 4 Singaraja di desa Sambangan yang terbilang dekat dengan rumah saya.
Dengan perasaan terpaksa saya mengikuti kehendak bapak sekolah di SMP N 4 Singaraja. Dan memang kebetulan banyak tetangga dirumah banyak yang sekolah disana jadi kalau bapak ada halangan tidak bisa mengantar atau menjemput saya, saya dititipkan oleh tetangga. Hari demi hari saya jalani belajar di tingkat menengah itu, saya sudah mulai beranjak dewasa dan mengenal lawan jenis. Sudah mulai mengenal menjalin hubungan dekat dengan lawan jenis. Saya sudah mulai mengalami menstruasi. Pada Saat saya kelas III, saya dan kakak-kakak saya menjalani upacara potong gigi dan sekali gus natab banten Menek Bajang (Munggah Daha). Runtutan upacara potong gigi menurut Adat Karangasem (karena saya berasal dari Karangasem desa Tiying Tali) berisi acara sujud bakti kepada kedua orang tua, istilahnya kita mengucapkan terima kasih kepada orang tua karena telah membesarkan kita, memelihara dan membuatkan upacara yang merupakan bagian dari kewajiban mereka sebagai orang tua.
Satu masalah lagi yang menimpa diri saya adalah pada saat saat saya menjelang Ujian Akhir Nasional dilaksanakan  uji cobs tes ujian di sekolah dan pada saat itu semua teman-teman dan termasuk saya membawa HP (handphone) ke sekolah. Dan hanya saya saja yang kedapatan membawa HP (handphone) pada saat itu. Orang Tua saya di panggil ke sekolah dan saya mendapat surat peringatan. Sampainya di rumah bapak marah habis-habisan karena malu saya seorang siswi mendapat surat peringatan karena melanggar aturan sekolah dikiranya saya membawa HP ke sekolah untuk hal-hal yang negatif tetapi sebenarnya hanya untuk ikut-ikutan  teman-teman, saya tidak mau kalah dengan teman-teman. Saya tidak mau dikatakan gaptek (gagap teknologi) oleh teman-teman.
Lambat laun setelah saya lulus Ujian Akhir Nasional tingkat SMP saya melanjutkan pendidikan di SMA N 2 Singaraja. Masa-masa SMA adalah masa-masa yang paling mengesankan karena kita merasa pada saat itu kita telah tumbuh besar dan menjadi dewasa. Saya mulai ke sekolah dengan membawa motor sendiri karena telah mempunyai surat izin mengemudi. Saya tidak merasa canggung awal-awal memasuki SMA karena ssebagian besar teman-teman saya di SMP ketemu lagi di SMA karena sama-sama melanjutkan di SMA N 2 Singaraja. Di SMA saya tidak pernah serius dalam belajar karena terpengaruh oleh teman-teman yang hobbinya jalan-jalan saja, saya jadi ikut-ikutan seperti itu. Pernah suatu ketika saya dan menghadiri teman yang lagi berulang tahun. Karena pestanya di gelar malam hari dan selesainya pun pasti larut malam, saya pulang sudah larut malam dan pintu rumah telah dikunci seisi rumah telah tidur pulas semuanya, saya telpon-telpon telepon rumah tidak yang ngangkat, akhirnya saya pun nginap di kos teman dekat saya. Pagi harinya saya pulang karena akan masuk sekolah, sampainya di rumah di sambut dengan kata-kata kasar bapak, saya di bilang tidak tahu diri, tidak punya perasaan malu dengan tetangga pulang larut-larut malam sampai-sampai saya tidak masuk sekolah karena malu mata bengkak karena menangis. Atas kejadian itu saya tidak pernah lagi ikut-ikutan teman untuk pulang main larut malam.
Menjelang kelas III, sekolah rutin setiap tahun mengadakan kegiatan kemah. Pada saat itu kegiatan perkemahan diadakan di Desa Panca Sari, sebelumnya kami melakukan tirta yatra terlebih dahulu ke tempat suci yang berada berdekatan dengan tempat perkemahan kami. Yaitu di pura Yeh Ketupat kemudian di Pura Ulun Danu setelah itu menuju ke lokasi perkemahan. Disana kami di beri tugas untuk membuat karya ilmiah yang mengakut tentang alam sekitar Desa panca Sari. Tiga hari tiga malam kami bermukim di sana dengan berbagai banyak kegiatan selain penelitian. Di sana saya dan anggota kelompok saya meneliti tentang “Sampah-sampah dari sisa sayur-sayuran dari hasil pertanian penduduk di Desa Panca Sari, apakah diolah kembali atau di biarkan membusuk”. Saya melakukan penelitian di sekitar desa tersebut di pasar tempat menjual sayur-sayuran dan di perkebunan sayur-sayuran. Teman-teman saya yang lain banyak yang meniliti tentang peternakan kelinci dan yang lain-lain. Karena cuaca yang sangat dingin saya sangat menikmati kegiatan tersebut banyak pengalaman yang saya peroleh, itu merupakan sesuatu yang baru dalam hidup saya dan saya belajar untuk bisa berinteraksi dengan penduduk di Desa Panca Sari untuk mendapatkan data-data yang saya perlukan untuk menulis karya ilmiah. Dalam kegiatan tersebut walaupun saya sangat meniikmati dan merasa sangat senang bisa hidup bebas tanpa ada masalah yang menghinggapi ada sepercik rasa kangen dengan keluarga di rumah terutama kepada ibu. Mungkin karena saya tidak pernah merasakan jauh dari orang tua dan ini merupakan pengalaman kali pertama saya berada jauh dengan ibu. Dan ibu juga begitu ia sangat khawatir dengan keadaan saya setiap hari ia menyempatkan diri untuk menanyakan keadaan saya. Tetapi karena berkat hiburan dari teman-teman saya mulai bisa lupa akan rumah saya. Dan hari terakhir pun tiba, saya berkemas-kemas untuk kembali pulang ke rumah dengan perasaan yang sangat senang.
Suatu ketika setelah saya tamat dari SMA saya ingin melajutkan pendidikan di Universitas Ganseha tetapi nasib buruk menghampiri saya yang gugur dalam tes penyeleksian. Pada saat itu hari-hari saya hiasi dengan menagis karena saya merasa bingung dimana saya harus melanjutkan kuliah. Karena yang ada di pikiran saya hanya Undiksa tempat kuliah yang paling saya idam-idamkan, tidak ada lagi tempat lain karena saya anggap tempat yang lain tidak cocok dengan jurusan saya. Pada suatu hari kakak saya menghampiri saya dan mengajak saya bicara saya di anjurkan untuk melanjutkan pendidikan di IHDN Denpasar cabang Singaraja. Dan kebetulan kakak saya kuliah di sana tetapi pada saat itu belum menjadi IHDN tetapi STAH. Dengan banyak pertimbangan dan banyak dukungan dari orang tua akhirnya dengan terpaksa saya mengikuti apa kata mereka. Saya mulai mendaftarkan diri di IHDN dan saya mengambil jurusan Pendidikan Agama Hindu. saya sangat terkejut ketika harus menjalani OSPEK di kampus Bangli. Saya merasa takut karena saya tidak tahu daerah Bangli. Untungnya ada teman yang mengajak saya untuk bersama-sama berangkat ke Bangli dari mencari kos di Bangli untuk beberapa hari OSPEK. Hari-hari pun saya lalui dengan mulai berinteraksi dengan lingkungan dan mulai belajar dan mendalami pelajaran yang mengandung unsur Agama. Saya mendapat pengalaman baru ketika kuliah di IHDN mulai tahu daerah Bangli dan Kota Denpasar karena sering saya lalui untuk mencari kampus yang ada di Bangli dan Denpasar.
Ketika saya semester III saya di pilih untuk mengikuti mengikuti lomba gerak jalan putri mewakili kampus dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan. Saya dan teman-teman peserta lomba gerak jalan lainnya disuruh fokus untuk berlatih gerakan-gerakan yang di berikan oleh pelatih. Dalam ketika saya semester IV pada saat itu saya dan teman-teman yang lain mendapat maka kuliah KKL (Kuliah Kerja Lapangan) menambil lokasi di luar Bali. Hari-hari yang sangat menyakitkan pada saat itu karena kita tidak mendapatkan fasilitas yang memadai, dan hari-hari yang sangat melelahkan. Seharian di Bus dengan keadaan yang tidak fit karena kurang tidur dan kami mendapatkan makanan yang tidak sesui dengan selera kita. Ketika itu kita diajak berkunjung ke wilayah Solo yang dimana penduduknya mayoritas beragama Hindu. Kami sembahnyang di Pura Amertha Santi dan memberikan bantuan kepada penduduk disana.  Dan ketika Semester V kembali saya di suruh untuk mengikuti lomba gerak jalan putri 17kilometer. Mau tidak mau harus mau karena tidak ada yang bersedia untuk mengikuti kegiatan ini, dengan terpaksa saya pun mengikutinya. Pada Saat lomba pun tiba, bertepatan juga saya mengalami halangan datang bulan. Hal yang paling saya takutkan karena setiap saya datang bulan perut saya terasa sangat sakit, dengan terpaksa saya tetap mengikuti lomba tersebut. Dipertengahan jalan karena saya sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan tetapi teman-teman yang lain terus memberi  semangat saya agar tidak gugur di tengah-tengah perjalanan. Dengan tekad yang bulat dan memohon kepada Tuhan agar saya di berikan kekuatan dan agar menyelamatkan barisan saya tetap teguh melanjutkan perjalanan hingga sampai di finish. Ketika sampai di finish, tubuh saya sudah lemas dan saya sudah tidak ingat apa-apa lagi. Ketika sadar saya sudah berada di Rumah Sakit Umum. Di dampingi oleh rekan-rekan panitia saya di periksa oleh dokter dan di beri obat. Dan saya bersyukur karena telah mampu mencapai finish walaupun dengan keadaan yang tidak fit, dan saya sudah berusaha untuk tidak mengecewakan pelatih.


B.     KOMENTAR
Yoga merupakan sistem ilmu Rohani (Makhluk yang berhati Nurani) yang dengan cepat bisa meningkatkan perkembangan instin nuraninya. Sesungguhnya siapapun yang melakukan Yoga dengan tulus dapat di sebut seorang Yogi atau Pengabdi (Bhakta). Dalam pengalaman hidup ini saya banyak hal baru yang saya temukan dan jalani. Itu semua merupakan suatu proses dari diri saya untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang saya inginkan. Saya belajar dari kegagalan-kegagalan yang pernah saya alami sebelumnya sehingga saya mampu untuk berbuat yang lebih baik lagi. Paramahamsa Yogananda (dlm Autobiography of a yogi) menguraikan bahwa jika dalam sehari saja kita dapat membahagiakan mematuhi dan menghormati Orang Tua dan Guru hanya dengan menghormati dan menyayangi orang tua, kita sudah dianggap berlatih yoga.
Dari pengalaman hidup yang saya alami dapat saya kaitkan dengan ajaran yoga yang di ajarkan oleh Rsi Patanjali yaitu Astangga Yoga. Adapun bagian-bagiannya adalah : Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Pratyahara, Darana, Dyana, Samadhi.
1.    Pengalaman hidup yang pernah saya alami yang terkait dengan ajaran Ahimsa yang merupakan bagian dari Yama adalah ketika saya mempunyai anjing yang sangat lucu yang di berikan oleh paman yang bekerja di Denpasar, anjing itu sejenis golden dan saya memeliharanya dari kecil. Mulai dari memberi makan, memandikan, dan memberi vaksin setiap bulan karena anjing sejenis itu sangat susah memeliharanya. Entah tidak tahu kenapa satu tahun saya memeliharanya, anjing itu sakit tidak mau makan. Di periksa oleh dokter pun sudah tetapi tetap saja tidak mau makan. Akhirnya pada pagi hari Bapak saya melihat anjing itu telah mati. Bapak mengubur mayat anjing itu di belakang rumah, saya pun merasa sangat iba dan sedih karena tidak ada lagi teman bermain setiap malam.
Komentar :
Ahimsa atau tanpa kekerasan. Jangan melukai makhluk lain manapun dalam pikiran, perbuatan, atau perkataan. Makna lainnya adalah perlakukan pihak lain seperti engkau ingin diperlakukan sendiri. Siapa pun yang bertemu dengan penganut ahimsa tidak akan menjumpai permusuhan atau itikad yang kurang baik (Yoga Sutra II.35).

2.    Pengalaman hidup saya yang bisa saya kaitkan dengan ajaran Niyama yang bagian Santosa adalah ketika saya merasa puas saat saya lulus ujian nasional pada tingkat SD dan pada saat itu saat mesesangi di Padmasana sekolah meminta permohonan agar saya bisa lulus ujian nasional dan memang benar terjadi tersirat kepuasan bathin saya saat itu telah berhasil lulus ujian nasional.
Komentar :
Santosa atau kepuasan. Kebajikan ini menghantar kepada kesenangan yang tak terkatakan. Sebaliknya ketidakpuasan mengakibatkan kegoncangan mental, sehingga apa yang telah dicapai, dimiliki atau diwujudkan, kehilangan daya tariknya, dan kegoncangan yang diakibatkan menimbulkan rantai penderitaan. Kepuasan timbul dari kebiasaan untuk berterimakasih. Seorang yogi adalah seorang theis yang mengenal batas-batasnya pula; yang tidak pernah memuliakan diri terlalu tinggi, dan karena itu ia tidak pernah merasa kecewa. Seorang yogi adalah aktivitas yang dipribadikan dan karena itu kepuasannya tidak menjadikannya pasif, kepuasannya membantunya dalam usaha-usaha baru. Dalam kepuasannya terlihat semacam kesenangan transendent (Yoga Sutra II. 42).
3.    Pengalaman selanjutnya berkaitan dengan ajaran Isvarapranidhana yang merupakan bagian dari Niyama ketika saya mulai mengerti apa itu artinya sembahyang yang saya mengerti setelah kelas IV SD, barulah saya mulai rajin sembahyang setiap hari setiap ibu selesai memasak nasi saya selalu menyempatkan diri untuk membantu ibu maturan sayuban dan sorenya saya sembahyang di sekeliling rumah dengan ngaturang canang sari dan itupun saya jalani sampai sekarang. Itu merupakan salah satu suatu bentuk pengabdian kepada Tuhan.
Komentar :
Isvarapranidhana atau penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan. Isvarapranidhana mengantar untuk mencapai Samadhi, keadaan supra-sadar transendent (Yoga Sutra II. 45).

4.    Selanjutnya pengalaman hidup saya ada yang berkaitan dengan ajaran yoga yaitu Asana, dimana pada saat saya baru menginjak kelas I SD saya di ajarkan untuk mengambil sikap yang sempurna dan senyaman mungkin pada saat melalukan puja Tri Sandya.
Komentar :
Asana berarti sikap tubuh yang nyaman dilakukan. Tekanan lembut dari sikap asana yang dilakukan dengan tenang dalam jangka waktu tertentu, memperbaiki cairan hormon yang mengakibatkan keseimbangan hormon, meningkatkan kesehatan fisik dan mental.  Asana dalam aspek setiap fisik manusia tidak saja membuat kerja kelenjar tetapi juga membuat otot-otot giat dan santai, begitu pula dengan sistem syaraf, menstimulir sirkulasi, mengendurkan otot dan memussatkan pikiran. Selama masa latihan asana, tenaga lebih banyak dikumpulkan daripada dipergunakan. Secara bertahap tubuh, setelah tubuh terbiasa dengan latihan yang lentur dan menyantaikan, maka semua aktifitas fisik merupakan bagian dari asana, dilakukan dengan lancar, halus, disertai dengan nafas yang dalam sehingga  tubuh mendapatkan banyak oksigen dan pikiran menjadi tenang dan terkendali.
5.    Pengalaman saya yang selanjutkan banyak yang berkaitan dengan ajaran Yoga yaitu Pranayama, dimana dari pengalaman-pengalaman yang saya tuturkan di atas banyak sekali saya mengadapi tekanan-tekanan yang sangat mengganggu bathin. Salah satunya pada saat tidak lulus dalam tes seleksi di Undiksa itu membuat perasaan dan pikiran saya terasa sangat kalut. Hal yang utama saya saya lakukan agar pikiran saya menjadi tenang pada saat itu melakukan pengaturan nafas dan sesekali membuang nafas secara perlahan-lahan. Itu sangat membantu konsentrasi pikiran saya menjadi lebih tenang.
Komentar :
Pranayama terdiri dari 2 buah kata dalam bahasa Sansekerta yaitu prana dan yama. Prana merupakan kekuatan yang sangat penting atau utama yang meliputi seluruh kosmos. Prana berada dalam segala makhluk, ia ada pada batu, serangga, binatang, dan manusia. Meskipun berhubungan dekat dengan udara yang kita hirup, tapi prana sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang sama. Prana lebih halus daripada udara dan dapat diartikan sebagai energi pokok yang ada dalam segala sesuatu di alam semesta ini. Sementara itu, Yama berarti "mengendalikan". Pranayama dapat diartikan sebagai suatu rangkaian teknik yang merangsang dan meningkatkan energi yang sangat penting, pada akhirnya menimbulkan pengendalian yang sempurna pada aliran prana dalam tubuh. (Sarasvati, 2002 : 301).
6.    Pengalaman hidup yang selajutnya berkaitan dengan ajaran yoga yaitu Pratyahara, ketika saya mengikuti kegiatan kemah di Desa Panca Sari. Pada saat itu mendapat tugas untuk menbuat karya ilmiah, banyak tema alam yang di berikan oleh guru kita boleh memilih salah satunya, karena guru pembimbing karya ilmiah saya guru Biologi maka dianjurkan untuk meneliti sampah organik, tetapi ada yang lebih menarik dari itu temanya kalau menurut saya yaitu peternakan kelinci, karena itu memang anjuran dari guru pembimbing karena lebih ahli di bidang sampah organik maka saya harus menarik indrya atau keinginan saya untuk meneliti yang lain.
Komentar :
Pratyahara adalah menarik keterikatan Indriya pada Obyeknya. Alat-alat indriya secara alamiah cenderung mengejar sensualitas (visaya) sebagai obyeknya. Pratyahara merupakan penarikan pikiran dari perhatian terhadap benda-benda luar dan mengarahkan pikiran ke dalam hati nurani. Pratyahara merupakan awal dari perubahan pikiran dari luar ke dalam.
          Tujuan melatih Pratyahara dalam ajaran Yoga bagi seorang yogi adalah (1) melepaskan alat-alat indriya dari hasrat-hasrat duniawi untuk ditujukan kepada Tuhan, (2) Agar alat-alat indria dapat dikuasai oleh pikiran, dan pikiran itulah yang dikuasai dan diarahkan, (3) dyana tidak akan tercapai bilamana pikiran tidak dikuasai terlebih dahulu.
7.    Dari tema yang dianjurkan oleh pembimbing, saya dan teman-teman mencari objek dimana kita harus melakukan suatu penelitian. Kita melakukan observasi terlebih dahulu. Saya harus fokus dengan tugas penelitian ini tidak boleh terpengaruh lagi dengan hal-hal yang lain, agar penelitian ini berhasil dan mendapatkan data yang logis guna menyusun suatu karya ilmiah. Dalam hal ini ajaran Darana dan Dyana sangat berkaitan dengan pengalaman saya, dimana saya harus fokus terhadap satu objek saja dan terus memikirkan objek itu agar mampu meneliti secara mendalam.
Komentar :
Dharana adalah memusatkan citta/pikiran pada suatu tempat. Dharana dapat dipusatkan pada suatu tempat jika alat-alat indria dapat ditundukkan. Dan Dhyana atau Kontemplasi merupakan arus pikiran yang terus menerus mengalir pada obyek (Tuhan/Iswara) (Tatra-pratyaya-ekatanata-dhyanam:III.2). Seperti sungai yang mengalir ke laut maka segenap kesadaran diri mulai mengalir terus menerus ke arah Tuhan: Dhyana.
Dan pada tahap tekahir setelah mendapatkan data hasil penelitian tersebut karena datanya sangat lengkap dan akurat maka saya berhasil membuat  suatu karya ilmiah dan mendapatkan nilai yang sangat memuaskan. Pengalaman ini sangat erat kaitannya dengan ajaran yoga yaitu Samadhi.
Komentar :
Samadhi merupakan keadaan supra sadar transenden. Samadhi adalah persatuan sempurna antara pecinta, yang dicintai dan kecintaan dalam alam Tuhan yang agung penuh damai. Ibarat seorang pelukis menyatu dalam ide (gagasan) dan karyanya secara sempurna.

C.  DAFTAR PUSTAKA
Kamajaya, Gede. 1998. Yoga Kundalini (Cara untuk mencapai siddhi dan moksa). Surabaya : Paramita.
Pendit, S, Nyoman. 2007. Filsafat Hindu Dharma Sad-Darsana. Denpasar : Pustaka Bali Post.
Sarasvati. Svami Satyananda. 2002. Asana, Pranayama, Mudra, Banda. Surabaya: Paramita
Suka Yasa, I wayan, dkk.2006. Yoga Marga Rahayu. Denpasar: Penerbit Widya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar