Rabu, 18 Desember 2013

bhavisya purana

BHAVISYA PURANA

1.                  Brahma
“Brahma” kata Sumantu, adalah yang mencipta, memelihara dan melebur alam semesta ini. Beliau adalah dewa kebijaksaan dan permainsuri beliau yaitu dewi Sarasvati. Sebelum masa penciptaan hanya air dan kegelapan yang memenuhi alam semesta ini. Dalam situasi inilah beliau menciptakan dirinya melalui kekuatan saktinya. Sehingga beliau bergelar Svayambhu (sva= beliau lahir svayam = dari dirinya sendiri). Brahmalah yang menciptakan seluruh penghuni alam semesta ini. Dan dengan kekuatan bhatinNya  menciptakan tujuh Rsi agung yaitu Marici, Antri, Angira, Pulastya, Pulaha, Kratu, Vasistha, Bhrgu dan Narada. Bhavisya Purana ini tergolong dalam rajasika karena menengahi kedua sifat yakni Sattvam dan Tamas. Rajasika mewakili sifat kenafsuaan dan pemuasan kenikmatan. Dalam sifat ini, pengaruh nafsu dan kenikmatan adalah yang paling mendominasi dan kadang – kadang dipengaruhi oleh sifat Sattva dan tamas. Sifat – sifat inilah yang diasosiasikan dengan Brahma dan penciptaan itu sendiri. Dari sudut pandang inilah Bhavisya Purana kemudian dikategorikan sebagai Rajasika purana.

2.                  Ganesa
Pada jaman dahulu, segala hal yang menjadi usaha manusia membawa hasil yang sukses sehingga hal ini membuat manusia menjadi besar kepala, merasa bisa mengatasi segalanya. Mengetahui hal ini, Brahma menciptakan dewa yang bernama Ganesa untuk mengatasi kesombongan manusia. Maka setiap memulai pekerjaan manusia harus mendapat restu atau memuja dari Ganesa oleh sebab itu beliau bergelar Vighnahara yang berarti penghancur segala penghalang dan siddhidata yang berarti yang menganugrahi kesuksesan.

3.                  Surya dan Samjna
Surya adalah dewa yang paling penting dalam purana ini. Dalam proses penciptaan Brahma membelah dirinya menjadi dua bagian, yang satu laki – laki bernama Svayambhuana manu dan yang wanita bernama Satarupa. Dengan kekuatan bhatinnya manu melahirkan sepuluh anak yang salah satunya bernama Daksa. Daksa ini memeliki putri yang bernama Aditi. Rsi Kasyapa adalah anak dari Brahma yang kemudian menikah dengan Aditi dan memiliki putra bernama Martanda atau Surya.
Viswakarma adalah arsiteknya para dewa yang memiliki putri Samjna. Samjna ini dinikahkan dengan Surya kemudian lahirlah Yama dan Yamuna. Karena Samjna tidak tahan dengan sinar Surya maka dia membuat ilusi dirinya yang bernama Chaya yang nampak persis dengan Samjna. Samjna meminta kepada Chaya agar berpura-pura menjadi Samjna, karena ia akan pergi ke rumah ayahnya. Chaya menyetujuinya tetapi dengan satu syarat bahwa Ia tidak akan membocorkan rahasia ini kepada siapapun selam tidak ada orang yang mengutuknya dan tidak ada yang menyentuh atau menjambak rambutnya, akan tetapi jika ini terjadi maka Chaya akan membocorkan semuanya. Samjna menyetujuinya dan kemudian dia pergi ke rumah ayahnya yaitu Visvakarma. Selama bertahun-tahun Samjna tinggal bersama ayahnya dan ayahnya pun curiga menyuruh anaknya kembali kepada Surya. Karena tidak tahan dengan perkataan ayahnya lalu Samjna pun pergi meninggalkan ayahnya dengan mengambil wujud seekor kuda betina dan mulai tinggal di wilayah yang bernama Uttarakuru.
            Sementara itu, Surya tidak menyadari bahwa Samjna digantikan oleh Chaya sehingga mereka memiliki dua orang putra dan seorang putri. Chaya tampaknya lebih perhatian dengan anak-anaknya ketimbang  kepada anak-anak Samjna. Suatu ketika salah satu anak samjna yang paling kecil menendang Chaya. Dan Chaya mengutuk anak itu bahwa kakinya yang digunakan menendang Chaya akan membusuk. Dan hal itu sampai di telinga Surya, Surya kemudian melakukan sebisanya untuk mengurangi efek dari kutukan itu dan ia mulai sadar ada sesuatu yang tidak beres dalam hal ini. Surya meminta penjelasan kepada Chaya tetapi Chaya tidak memberikan penjelasan apapun sehingga Surya mengancam Chaya akan mengutuk dan menjambak rambutnya, maka Chaya mengungkap rahasianya dengan Samjna.
            Kemudian Surya datang ke rumah Visvakarma untuk menemukan Samjna. Visvakarma menawarkan diri untuk memotong beberapa bagian dari energi Surya, karena cahaya Surya yang terlalu keras yang menyebabkan Samjna meninggalkan suaminya itu. Surya tidak keberatan atas ide itu dan penampakannya menjadi lebih meningkat karena tindakan Visvakarma ini. Surya kemudian menyusul Samjna ke kerajaan Uttarakuru dalam wujud seekor kuda betina. Maka kemudian ia mengambil wujud kuda jantan dan bergabung dengan istrinya disana. Dan mereka memiliki dua orang putra dalam wujud kuda. Setelah itu mereka kembali kewujud asli mereka.
            Nilai-nilai terkandung adalah kebohongan atau ketidak jujurandan ketidak setiaan Samjna terhadap suaminya  karena telah meninggalkan suaminya begitu saja. Dan nilai kesetiaan Surya terhadap istrinya mencari kemana pun isrtinya berada dan mengikuti jejak istrinya menjadi kuda. Nilai pendidikan karakter yang ditunjukkan oleh Visvakarma kepada anaknya Samjna agar bertanggungjawab kepada keluarganya dan mengplorkan masalahnya bersama Surya. Meninggalkan dan lari dari suatu masalah dan berpura – pura hidup menjadi orang lain bukanlah suatu tindakan untuk meleraikan masalah. Hadapilah semua tantangan dibawah janji suci hidup bersama secara bersama – sama. Karena sesuatu itu akan jauh lebih indah diselesaikan secara bersama – sama.

4.                  Para pemuja surya
Surya adalah dewa tertinggi dari para maga. Mereka memasak makanan hanya untuk surya dan akan memakanya jika telah memberikan persembahan pada surya. Mereka tinggal di Sakadvipa yang terletak jauh dari Jambhudvipa, di hulu samudra laus (Lavana Samudra) bernama Ksiroda samudra.
Diceritakan Krsna menikah dengan Jambavati dan mereka memiliki seorang putra bernama Samba. Sebagai hasil dari kutukan yang dilimpahkan padanya adalah menderita lepra. Samba memberitahukan bahwa ia akan sembuh dari lepra yang dideritanya jika ia memuja matahari. Maka ia kemudian mendirikan sebuah kuil untuk memuja dewa Surya di penggir Candrabhaga. Para pendeta yang ada di Sakadvipa adalah pendeta yang mahir dalam puja pada dewa surya dan mereka diundang oleh Samba dan bertindak sebagai pendeta pemimpin kuil.
Jika hendak makan Brahmana melakukannya dengan diam dan sunyi, mereka tinggal di Sakadvipa. Para Brahmana golongan Maga memakai benang suci yang disebut Avyanga, dan mengikat dipinggangnya. Mereka memelihara jengot dan tidak menyentuh benda – benda suci. Mereka harus memiiki keturunan, berpenampilan baik, memiliki pengendalian diri dan menjadi vegetaris.
Tersebutlah seorang Rsi yang bernama Rijihva yang merupakan pemuja dewa Agni Rsi Rijihva adalah Niksubha. Sebelumnya Niksubha diidentikkan dengan Chaya. Secara diam – diam Niksubha telah menikah dengan surya dan meiliki putra bernama Jarasabda. Ketika hal ini diketahui oleh Rijihva ayahnya amat marah dan mengutuk “Aku mengutuk anakmu kelak akan menjadai orang tak berguna katanya”. Dengan berlinang air mata Niksubha memohon pada Surya dan beliaupun berkenaan untuk menampakkan diri dihadapannya. “aku tidak bisa membatalkan kutukan ayahmu, bagaimanapun ia adalah seorang Rsi. Akan tetapi aku memberkatimu bahwa kelak keturunanmu akan menjadi golongan orang suci yang serius mempelajari Veda dan memakai benang suci. Tidak usah memikirkan apa yang terjadi pada putra – putramu karena keturuanan mereka akan menjadi orang berguna”. Keturunan Jarasabda inilah yang kemudian menjadi para Maga Brahmana. 
Golongan Bhojaka juga berasal dari Sakadvipa, mereka membuat persembahan sehari – hari terdiri dari makanan pada Surya. Mereka juga mempersembahkan dupa, kalung bunga, dan berbagai persembahan lainnya. Mereka memperlajari Veda, mandi tiga kali sehari dan memuja surya sebanyak lima kali dan menolak makanan dari golongan sudra. Seorang Bhojaka memakai benang suci agar mendapat kesucian dan berkah dari dewa Surya. Sebaliknya jika Bhojaka tidak menggunakan benang suci maka kesuciannya akan hilang, tidak diperkenakan memuja surya, tidak memiliki keturunan, kesehatannya terganggu dan tidak mendapat kesenangan. Bhavisya menegaskan benang suci berhubungan dengan veda, para dewa dan semua mahkluk yang ada di bumi. Dikatakan bahwa Visnu berada di dasar benang, Brahma ditengahnya dan siva berada diujungnya.
Para Bhojaka memiliki status yang lebih tinggi dari Para Maga. Pengabdiannya dijungjung setinggi langit. Sebagaimana seorang istri melayani suaminya, bagaimana seorang murid melayani gurunya, tidak ada kitab suci melebihi Veda, tidak ada sungai yang mengatai kesucian sungai Gangga, tidak ada persembahan yang mengalahkan upacara Aswamedha, demikianlah para Bhojaka. Dewa surya sebagai dewa tertinggi, sebagaimana tidak ada mahkluk yang lebih tinggi dari para Bhojaka, bagi dewa Surya. Semua yang dilakukan Bhojaka dianggap dewa Surya. Dimana kelahiran para Bhojaka ini adalah dari Dewa Matahari. Beliau menciptakan delapan orang suci dari tubuh beliau sendiri. Dua lahir dari dahi beliau, dua dari tangan, dua dari kaki, dua dari sinar beliau. Meraka inilah para Bhojaka yang berdiam di Sakadvipa dan memimpin ritual di sana.

5.                  Yama
Yama adalah dewa yang telah dikutuk menjadi dewa kematian. Beliau memiliki utusan dan pelayan yang disebut Yamadhuta. Pemimpin dari para pelayan ini bernama Citragupta. Ia yang memegang catatan dari dosa dan pahala yang dilakukan seseorang selama di bumi. Bumi adalah tempat melakukan perbuatan. Hasil perbuatan tidak hanya di nikmati di bumi tetapi juga disuatu tempat yang dinamakan surga dan neraka. Hanya mereka yang banyak berbuat pahala masuk surga sedangkan para pendosa harus menikmati dosanya di neraka. Para pendosa dibawa menghadap Yama dengan melewati jalan yang berserakan jarum, bebatuan, banyak binatang buah dan berbisa, panas, tidak ada makanan dan minuman.
Mereka menghadap Yama untuk menentukan ke neraka mana Para pendosa akan dimasukkan sesuai dosanya. Ada beberapa jenis hukuman yang diberikan kepada pendosa dan diutamakan pada bagian tubuh yang melakukan dosa. Mungkin dipotong – potong, direbus, ada yang dimasukkan ke dalam minyak yang mendidih, ada yang dipaksa memeluk pilar besi yang panas membara, kemudian dilemparkan ke tempat yang ada kotoran, atau juga diberikan binatang buas. Para Yamadhuta tidak pernah mersa iba melakukan tugasnya, jerit tangisan pendosa malah akan membangkitkan semangatnya untuk menghukum.
Nilai – nilai yang terkandung :
Citragupta sebagai pencatat perbuatan seseorang tanpa memandang status orang tidak halnya seperti di dunia fana. Disinilah keadilan itu benar – benar ditegakkan. Jika seseorang berbuat maka pahala setimpal dengan karmanya. Neraka yang ada di dunia fana tak sebanding dengan neraka yang ada di alam sana.

6.                  Tempat Suci Dan Simbol Suci
Perbuatan membangun pura yang sangat berpahala dibandingkan dengan membangun fasilitas umum seperti sumur. Mereka yang membangun tempat suci akan mendapatkan surga setelah meningal. Tempat untuk membangun sebuah kuil adalah tempat yang subur dimana sebuah benih bisa tumbuh dengan baik, apalagi jika tanah itu bersuara jika ditumbuk. Tempat seperti tanah – tanah yang ada benda – benda seperti bulu, tulang, batu bara, tumbuhan parasit, semak dan tyang sejenisnya maka tidak boleh dipakai untuk membangun kuil.
Untuk masing - masing kasta telah ditentukan tanah untuk membangun kuil mereka. Kaum Brahmana merupakan kasta tertinggi maka tanah putih adalah sesuai untuk mereka. Bagi kasta ksatrya, vaisya dan sudra secara berurutan hendaknya memilih tanah berwarna merah, kuning dan yang berwarna hitam.
Sebelum membangun tanah harus diperiksa terlebih dahulu. Untuk mengujinya galilah sebuah tanah dengan ukuran sedang dan gali juga tanah ditempat akan mendirikan kuil dengan ukuran yang sama. Kemudian tanah yang pertama digali masukkan kedalam lubang di tempat akan membuat kuil. Jika sisanya cukup banyak maka tergolong Uttama merupakan tanah yang bagus untuk membangun kuil. Namun jika tanah yang dipakai menutupi lubang itu malah kurang, ini merupakan tanah tergolong Adhama maka jangan sesekali membangun kuil di tempat ini.
Gerbang kuil hendaknya menghadap ke timur, jika tidak memungkinkan hendaknya menghada ke barat. Hendaknya dibangun tempat pemandian suci di arah selatan dan tempat untuk melakukan puja memanjang ke utara. Kuil untuk memuja Brahma, Visnu dan Siwa menghadap ke utara, timur dan barat dari kuil memuja dewa surya. Hendaknya dibuat tempat – tempat yang ukurannya lebih kecil untuk memuja dewa – dewa minor, juga sebuah tempat duduk orang suci untuk membacakan naskar purana. Semua itu hendaknya melengkapi sebuah kuil.
Kemudian disebutkan tentang pembuatan patung, patung ada terbuat dari emas (kancana), perak (rajata), tembaga (tamra), tanah (prtiwi), batu (sailanja), kayu (varksi), astadhatu (bahan logam yang lebih rendah kualitasnya). Patung yang terbuat dari bahan kayu memberikan panjang dan kekayaan. Patung yang terbuat dari tanah memberikan kenikmatan duniawi. Patung terbuat dari emas memberikan kekuatan, dari perak memberikan nama besar, sedangkan dari tembaga memberikan keturunan. Dari bahan batu memberikan kesenangan duniawi dan kesejahteraan dan patung yang dihiasi dengan permata dan batu berharga memberikan kesejahteraan.
Patung yang terbuat dari kayu yang berkualitas tinggi hendaknya diberi upacara kecil, dibuat pada hari baik dan dikerjakan oleh orang yang telah ahli. Misalnya kayu Dewadaru (kayu cemara), candana, Bilwa (pohon suci untuk Siva), amra(mangga), nimba, pasana (nangka) dan raktacandana (cendana merah).
Patung yang dibuat tidak sesuai dengan persyaratan diatas akan membawakan mala petaka bagi pembuatnya. Jika salah satu bagian cacat atau kepanjangan maka bahaya mengancam kerajaan. Jika bagiannya tampak kekecilan maka kerajaan diserang bencana wabah penyakit. Jika patung tampak kebesaran dibagian perut maka kerajaan diancam kelaparan, jika kekecilan kerajaan akan diancam kemiskinan. Retaknya perut akan membawakan pada peperangan. Jika patung tampak bengkok kekanan maka pembuatnya berumur pendek, bengkok kekiri petanda anak yang telah menikah akan bercerai. Jika mata patung mendelik keatas petanda pembuatnya akan buta dan jika mendelik kebawah maka pembuatnya dirulung banyak masalah.



7.                  Upacara Agama
            Upacara agama (vrata), berpuasa secara periodk (upavasa) dan menyumbangkan sedekah bertujuan agar manusia mendapatkan berkah. Melakukan vrata manusia harus bangun pagi, membersihkan diri, mempersembahkan sesajen dupa dan makanan pada patung dewa kemudian memberikan sedekah kepada Brahmana. Pada saat melakukan vrata seseorang hendanya tidak berbicara dan mengendalikan diri dan seluruh inderannya.

8.                   Syamala
Dikota Mithila hiduplah seorang wanita yang bernama Urmila. Urmila memiliki seorang putra dan seorang putri. Karena dia sudah merasa tidak sanggup lagi mencari nafkah disana maka ia mencoba keberungtungannya ditempat lain.
Maka Urmila kemudian pergi ke kota Avanti dan mulai kerja dirumah seorang Brahmana.
Pada suatu kesempatan, anak-anaknya sangat lapar dan ia terpaksa harus mencuri beberapa makanan milik tuannya.
Beberapa waktu berlalu dan putri Urmila yang bernama Syamala, tumbuh besar menjadi seorang gadis yang cantik dan menikah dengan Yama.
Yama memberi tahu Syamala, “sebagai istriku, kau bisa tinggal dimana saja dirumahku ini. Namun ada tujuh ruangan yang tidak boleh untuk dimasuki oleh siapapun, termasuk kau. Kamar-kamar itu selalu terkunci, kau tidak boleh memasukinya. Tidak boleh seorangpun membuka pintu untuk menuju ketujuh ruangan itu.
Sementara itu, karena usianya Urmila akhirnya meninggal. Sedangkan Syamala mengikuti apa yang telah dikatakan oleh Yama untuk beberapa waktu. Ia tidak pernah memasuki ketujuh kamar itu, akan tetapi keingintahuannya mulai tumbuh.
Maka ia mulai membuka pintu kamar yang terlarang itu, namun apa yang dilihatnya sungguh diluar dugaannya, dimana ia melihat para pelayan Yama menyeret ibunya ke dalam jambangan minyak yang mendidih. Karena tidak sanggup melihat pemandangan itu, maka ia membuka ruangan berikutnya dimana ia melihat tubuh ibunya sendiri sedang dihancurkan dengan sebuah batu besar.
Syamala menutup pintu itu dan membuka pintu kamar berikutnya, dikamar ia melihat paku sedang ditancapkan pada kepala ibunya. Pada kamar yang keempat, tubuh Urmila sedang dipotong-potong menjadi beberapa bagian dan dagingnya diberikan pada beberapa ekor anjing.
Pemandangan yang sama juga dilihat oleh Syamala pada kamar yang kelima, enam dan ketujuh. Setiap kamar menyajikan pemandangan yang sama dimana ibunya terlihat tersiksa dalam berbagai neraka. Syamala kemudian menghadap pada suaminya dan menceritakan apa yang telah dilakukannya dan menceritakan shok yang dialaminya atas pemandangan yang baru saja dilihatnya. “mengapa ibuku disiksa seperti itu? Apakah dosanya?”.
Kau memang benar-benar tidak taat padaku, aku dengan tegas mengatakan bahwa kau tidak boleh memasuki ketujuh kamar itu. Ibumu sedang menjalani hukuman yang merupakan hasil dari perbuatannya dimasaa lalu. Ia pernah mencuri tepung yang merupakan milik seorang Brahmana yang kebetulan adalah majikannya. Mencuri barang-barang yang menjadi milik seorang Brahmana adalah sebuah dosa besar. Sedangkan telah menjadi peraturan kami bahwa seorang yang mencuri barang milik seorang Brahmana harus dihukum selamanya”.
“aku tidak sanggup melihat ibuku berada dineraka “kata Syamala, “mohon katakanlah bagaimana aku dapat mengurangi hukuman yang didapatkannya, bagaimana aku dapat mengurangi penderitaanya?”. “Dalam kelahiran sebelumnya kau telah melakukan budhastami vrata delapan kali” jawab Yama “pahala yang didapatkan dari melakukan ritual ini masih ada padamu, dan belum habis. Jika kau memberikan pahala itu pada ibumu maka ia akan terbebas dari neraka”.
(Astami adalah hari yang kedelapan dalam setiap bulan. Sebuah ritual yang dilakukan pada hari Astami ini disebut sebagai Astami Vrata. Jika hari ini kebetulan jatuh pada hari rabu maka itu disebut sebagai Budhastami Vrata).
Syamala kemudian mengikuti saran suaminya. Dan sebagai hasinya, Urmila tidak hanya dibebaskan dari neraka dan berbagai siksaannya, namun ia juga mendapatkan sebuah tempat yang abadi di surga dengan memakai wujud yang baru pula. Demikianlah hasil dari Budhastami Vrata.
Nilai – nilai yang terkandung dalam cerita Syamala yakni :
1)      Nilai keuletan dan tanggungjawab, hal ini ditunjukan ketika tokoh “Urmila mencoba keberuntungannya di tempat lain”. Selalu berusaha mencari rejeki ketika di tempat yang lain rejekinya sudah mengering maka Urmila mencari nafkah ke tempat lain hanya untuk mengisi perut Urmila dan kedua anaknya.
2)      Nilai ketidaksetiaan, ditunjukkan oleh tokoh Syamala yang ingkar terhadap janji kepada suaminya yakni “membuka ke tujuh kamar yang sangat rahasia”.
3)      Nilai yajna, ditunjukan oleh tokoh Syamala kepada Ibunya, yakni “memberikan pahala hasil melakukan budhastami vrata” sehingga ibunya bisa lepas dari hukumannya dan akhirnya masu sorga.
Amanat, dari cerita diatas bahwasannya perbuatan buruk akan menuai hasil buruk pula, inilah esensi ajaran Karma phala dalam agama hindu. Hukuman yang diberikan di dunia dengan alam sana jauh berbeda artinya tidak ada kata dan rasa untuk bisa mengungkapkan betapa beratnya hukuman yang dirasakan di alam nan jauh disana. Syamala sebagai putri Urmila membantu meringankan beban hukuman Ibunya dengan memberikan pahalanya dari melaksanakan vrata. Inilah esensi ajaran dalam agama hindu bahwa seorang anak mampu menghantarkan orang tuanya setelah meninggal ke alam sorga. Hal ini sama halnya dalam cerita jaratkaru.

9.                   Sang Brahma dan Sang Hantu
Sungai Vetravati adalah sungai yang mengalir di sepanjang kota Vidisa.
Pada suatu hari seorang Brahmana kebetulan bertemu dengan seorang Hantu yang sedang terkapar di pesisir sungai Vetravati. Saat itu adalah musim panas dan pasir disana terasa panas. Sang hantu tampak sedang terpanggang di pesisir sungai itu. Tubuhnya tampak seolah direbus oleh panasnya pasir dan ia menjerit kepanasan.
Sang Brahmana merasa tergugah hatinya untuk membantu sang hantu, “mengapa anda disiksa seperti itu?” Tanya sang Brahmana? “Dalam kelahiran sebelumnya aku adalah seorang vaisya yang bernama Sailabhadra” jawab sang hantu, “aku tinggal dikota Vidisa. Aku adalah orang kaya dan berhasil memelihara rumah tanggaku dengan baik. Aku menyimpan semua kekayaanku. Namun aku memiliki keterikatan yang amat besar pada benda-benda itu hingga aku tidak pernah membantu para Brahmana dengan memberikan sumbangan pada mereka. Aku bahkan tidak menghormati mereka. Aku juga tidak pernah memuja Tuhan. Aku sama sekali tidak menghormati mereka yang bukan keluarga atau familiku. Karena aku tidak pernah berbuat baik pada mereka yang bukan keluargaku, maka setelah meninggal aku dihukum seperti ini. Aku dibiarkan terpanggang seperti ini dipesisir sunagi Vetravati. Tolong selamatkanlah aku dari kutukan ini”.
Sepuluh tahun yang lalu aku telah melakukan Sukradvadasi Vrata, “jawab Sang Brahmana”. Pahala yang kau dapatkan belum habis sampai sekarang. Aku akan memberikannya padamu agar kau bisa terbebas dari hukumanmu.
(Dvadasi adalah hari yang kedua belas dalam satu bulan dan tirakat yang dilakukan pada hari ini disebut sebagai Dvadasi Vrata. Jika hari itu kebetulan jatuh pada hari jumat maka hari itu disebut sebagai Shukradvadasi Vrata. Selain berpuasa pada hari ini seseorang hendaknya memuja Visnu).
Setelah mendapatkan pahala yang diberikan oleh sang Brahmana maka hantu itu terbebas dan berhasil mencapai surga. Demikianlah hebatnya hasil dari melakukan Sukradvadasi Vrata. Nilai – nilai dalam cerita diatas :
1)      Nilai toleransi Sang Brahmana terhadap Sang hantu yang dalam kehidupan terdahulu tidak pernah memberi sedekah kepada kaum Brahman
2)      Nilai yajna, ditunjukan oleh tokoh Brahmana kepada Sang hantu, yakni “memberikan pahala hasil melakukan budhastami vrata” sehingga Sang hantu bisa lepas dari hukumannya dan akhirnya masuk sorga.
Amanat dalam cerita diatas adalah janganlah merasa sombong congkak karena hasil jerih payah untuk menumpuk kekayaan. Apalagi Tidak menghormati orang lain terlebih – lebih tidak memuja Tuhan, besar dosanya. Kekayaan hanyalah sementara, hanya bisa kita rasakan dan nikmati ketika masih hidup namun setelah kematian hanya karma wasanalah yang setia menemanimu.

10.              Vrata – vrata lainnya
Ubhayadvadasi vrata memberikan pahala yang melebihi tirtayatra. Tilaka vrata dengan pemakaian tilaka (sebuah tanda) pada dahi seseorang maka musuh dan roh tidak dapat berkutik. Jatismara vrata melaksanakn monabrata hingga bulan menampakkan diri di langit, pada malam harinya. Seseorang jatismara adalah seseorang yang mengetahui semua kejadian pada keahiran sebelumnya. Vrata ini harus dilakukan dengan sepenuh hati atau jangan setengah – tengah karena jika hal tersebut terabaikan maka mampu mengundang amarah Dewa.
Untuk mendapatkan pahala seseorang tidak mesti melakukan vrata tersebut melainkan hanya membaca dan mengetahui persyaratannya saja maka seseorang sudah mendapatkan sedikit pahala. Apalagi mengajak orang lain untuk melakukan vrata maka seseorang mendapatkan tempat tinggal di kahyangan dewa Indra setelah meninggal nantinya.
Banyak vrata yang khusus dilakukan oleh para wanita. Contohnya, seorang wanita bisa mendapatkan pahala sebesar pahala aswamedha yajna jika dia melakukan anantatritiya vrata pada musim dingin. Dalam melakukan vrata ini dia harus memakai pakaian serba merah, jika dia seorang janda maka dia harus menggenakan pakaian serba kuning, dan jika belum menikah memakai pakaian putih. Seorang wanita bisa moksa hanya dengan memuja Wisnu dan membuatkan makanan untuk para Brahmana dalam ritual aranyadvadasi vrata.

11.              Sumbangan Sedekah
Kekayaan yang disumbangkan tidak akan pernah sia – sia. Apalagi kekayaan material tidak akan berguna jika kematian telah menjemput seseorang. Oleh karena itulah kekayaan mesti disumbangkan. Badan yang sehat dan kuat serta umur panjang tidak ada gunanya jika tidak digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan. Orang yang tidak menyumbangkan pakaian, makanan, emas pada para Brahmana maka sereka akan lahir dalam keadaan berpenyakitan, miskin dan menjadi pengemis dalam setiap kelahirannya. Sebuah daksina diberikan ketika hendak memberikan sumbangan tertentu. Dalam setiap upacara agama yajna, dana dan vrata serta daksina harus dilibatkan agar upacara agama sempurna dan lengkap. Beberapa sumbangan yang utama adalah :
1)        Godana ialah seekor sapi yang sehat dan anaknya disumbangan kepada seorang yang terpelajar dan Brahmanamiskin untu menjamin seseorang bisa mendapat surga selama batas waktu yang tidak terbatas.
2)        Anna dana ialah makanan disumbangkan pada mereka yang membuthkannya. Ini akanmemungkinan seorang untuk tinggal di alam Wisnu
3)        Vidya dana ialah sumbangan pengetahuan yang berupa buku, pena emas atau tinta tempatnya terbuat dari emas pada seorang Brahmanaa akan menuntun seoran menuju surga
4)        Hiranyagarbha dana ialah mereka yang kelaparan, diberi makanan dan sebuah patung dewa disumbangkan pada seorang Brahmana. Itu juga menjamin menuju surga

12.    Kasta
Kasta dalam purana ini bersifat fleksibel karena kasta atau golongan pekerjaan dalam status sosial selalu disesuaikan dengan kemampuan, kualitas, perbuatan, kedudukan dan kemahiran seseorang bukan berdasarkan kelahirannnya. Golongan ini dibagi atas empat bagian yaitu ; Brahmana, kasatrya, vaisya dan sudra. Kasta yang sama juga dapat dijumpai di Sakadvipa yaitu Maga, Magaga, Ganaga dan Mandaga. Brahmana adalah mereka yang memuja Brahma dan mempelajari kitab suci, ksatrya adalah golongan yang bertugas menahan musuh, vaisya adalah mereka yang bertugas untuk mengembangkan perdagangan dan sudra adalah mereka yang bertugas melayani. Mereka terbebas dari rasa benci, iri, kecemburuan dan kesedihan. Mereka hidup berdampingan secara rukun.

13.              Masalah Pendidikan
Seorang murid yang telah mendapatkan ilmu pengetahuan maka seorang siswa berkewajiban  untuk menyenangkan gurunya dengan memberikan persembahan baik berupa tanah, emas, sebuah payung, sendal, pakaian, bahan makanan dan yang bermanfaat lainnya. Serang guru mengetahui makna sejati dari mantra gayatri dan mengabdi pada hukum adalah guru yang terbaik. Sebaliknya seorang Brahmana yang tidak memenuhi kewajibannya untuk mengajarkan pengetahuan agama dianggao telah kehilangan kedududannya dalam masyarakat. Ada lima tingkatan guru yaitu :
1)        Acarya ialah guru yang mengajarkan tentang rahasia pengetahuan weda
2)        Upadhyaya ialah guru yang mengajarkan tentang veda yang berhubungan dengan cara mnecari nafkah
3)        Guru ialah sang guru yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka dan mengajarkan segala jenis ritual pada mereka
4)        Rtvija ialah mereka yang mengambil peran sebagai pelaksana atau pemimpin persembahan
5)        Mahaguru ialah guru yang tertinggi dari semua guru dan harus dihormati oleh siapapun. Pelajaran yang diberikan hanyalah pengucapan nama Tuhan, beliau mahir dalam pengetahuan Itihasa dan Ramayana, Mahabrata dan kedelapan belas purana.

14.              Upah
Setiap pekerjaan harus diberi upah yang sesuai, semakin besar tenaga yang dibutuhkan maka semakin besar pula upah yang diterima. 20 varata sama dengan satu kakini, 4 kakini sama dengan satu pana dan 80 varata sama dengan satu pana. Bhavisya menyediakan daftar upah yang sesuai dengan pekerjaan mereka, yaitu :
1)      Tukang sapu adala 1 varata
2)      Salon, buruh penanam rempah, rempah, buruh penanam padi, tukang panggung, tukang lantai adalah satu pana
3)      Tukang batu , tukang sumur, tukang jembatan, tukang cangkul adalah 2 pana/8 kakini
4)      Perajin mental adalah 3 pana
5)      Tukang hias rambut adalah 4 pana
6)      Tukang tenu, perajin logam biasa, tukang potong rambut, tukang cangkul, tukang kuda, kereta adalah 10 kakini

15.              Wanita dan pernikahan
Wanita harus cepat – cepat dinikahkan. Wanita yang bermur tujuh tahun disebut gouri, berusia sepuluh tahun disebut nagnika, berusia dua belas tahun disebut kanyaka dan lebih dari dua beas tahun disebut rajasvala. Usia yang terbaik untuk gadis menikah adalah berusia gouri, pilihan kedua adalah nagnika dan ketiga adalah kanyaka dan usia terburuk untuk menikah adalah rajasvala. Ada delapan jenis pernikahan yaitu :
1)        Brahma ialah seorang wanita yang telah dihias dengan perhiasan berharga dan permata dinikahkan dengan laki – laki dari keluarga terhormat dan sengaja diundang untuk tujuan ini
2)        Daiva ialah seorang wanita yang telah dihias dengan perhiasan berharga dan permata dinikahkan dengan laki – laki berkarakter baik dengan upacara pernikahan dihadapan pendeta melalui upacara perkawinan
3)        Arsa ialah pernikahan dimana ayah menyerahkan putrinya pada mempelai laki – laki setelah melakukan upacara yang ditentukan dan setelah memberikan mas kawin seekor sapi atau banteng
4)        Prajapatya, ialah pernikahan dimana ayah menyerahkan putrinya pada mempelai laki – laki dan memberi petunjuk agar melaksanakan berkewajiban beragama
5)        Asura , ialah dimana ayah atau famili menyerahkan putrinya setelah mendapatkan uang pengganti dari pihak laki - laki
6)        Gandharwa, ialah seorang pemuda dan pemudi yang saling jatuh cinta dan menikah
7)        Raksasa, ialah mempelai laki – laki menculik mempelai wanita kemudian menikahinya
8)        Paisaca, ialah mempelai laki – laki menculik mempelai wanita kemudian menikahinya dan secara paksa ataupun menipu tanpa persetujuan dari pihak wanita.
Akan tetapi pernikahan yang dianjurkan tipe brahma, daiwa dan arsa agar melahirkan anak yang suputra. Seorang istri adalah sebagian tubuh suami. Sebab itu istri harus dihormati  agar senantiasa mendapat anugrah dari para dewa sebaliknya jika tidak maka keluarga akan segera hancur. Tugas seorang istri ialah bangun pagi mempersiapkan makanan dan perabotan dapur, menyiapkan bahan makanan, mengepel lantai dan menghidangkan makanan kepada suami dan memeriksa buruh di sawahnya. Jika suaminya berpergian istri tidak boleh berhias dan memakai perhiasan, dan hanya boleh keluar jika ada keperluan. Dia tidak boleh duduk sendirian, tertawa berlebihan, berdiri di depan gerbang, tertawa berlebian dan menukar barag dengan tetangga. Jika dia mengarapkan anak dia harus mandi dengan air wangi, hindari tertawa terlalu keras, hindari orang- orang yang tidak berkenaan dihati, mengindari kekhawatiran dan kecemasan.
Perceraian terjadi apabila istri tidak bisa memberian keturunan dengan catatan menungggu selama 8 bulan sebelum bercerai, keluarga tidak harmonis dengan catatan pihak wanita harus mengembalikan mas kawin pada laki – laki. Disamping itu juga berhak atas sejumlah uang dan pihak suaminya. Jika kebetulan ada istri simpanan, istri muda harus melayani istri tua layaknya seorang ibu, dan istri tua harus melayaninya seperti anaknya. Sikap seorang suami bertindak agar tidak menimbulkan kecemburuan diantara kedua istrinya.
Nilai – nilai: tumbuhnya karakter toleransi terhadap kaum perempuan yang seakan – akan mengakaui adanya persamaan gender. Nilai kesetiaan tercermin pada seorang istri tua yang rela jika dicarikan istri muda dan rela jika cintanya terbagi dengan istri muda. Nilai keadilan seorang suami kepada kedua istrinya. Dari uraian diatas adanya kontradiksi umur wanita menikah yang dianggap baik dalam Bhavisya purana dengan jaman sekarang. Tentu hal ini disiagapi agar pihak wanita siap secara fisik dan psikologi untuk berkeluarga.

16.         Raja – raja Pada Jaman Kali
Kitab purana menjelaskan bahwa jaman kaliyuga dimulai ketika sang avatar Krsna wafat dan kembali kekahyanganNya. Jaman dibagi menjadi empat bagian yang disebut yuga atau era yakni Satya Yuga, atau Krta Yuga, Treta Yuga, Dwapara yuga, dan kali yuga. Satya yuga berlangsung selama empatribu tahun dewa, Treta yuga berlangsung selama tigaribu tahun dewa, Dvapara yuga berlangsung selama duaribu tahun dewa dan kali yuga berlangsung selama serubu tahun.  Seribu tahu dewa sama dengan 36.000 tahun manusia. Masa peralihan setiap yuga dari Kali Yuga ke jaman Satya Yuga adalah 500 tahun masa dewa atau setara dengan 18.000 manusia. Jadi ada 378.000 tahun lagi setelah kematian Krsna  maka Satya Yuga akan dimulai.
Kali Yuga kan menjadi sebuah jaman yang buruk. Akan ada invasi para yavana dari barat, para yavana ini akan mempengaruhi bidang  keagamaan, ambisi dan harapan untuk menguasai. Para yavana yang dimaksudkan identik dengan kerajaan Yunani. Para yavana ini akan menjadi raja yang melakukan kebiasaan buruk seperti korupsi, dimana wanita dan anak – anak akan dibantai. Raja yang sewenang – wenang dan tidak mengenal aturan akan dengan saling membunuh. Adapun raja dan dinasti pada jaman kali yuga :

1)      Raja Paurawa
2)      Para Aiksvakku
3)      Barhadratha
4)      Pradyota
5)      Sisunaga
6)      Nanda
7)      Maourya
8)      Sunga
9)      Kanvayana
10)  Andhra
11)  Dinasti lokal
12)  Dinasti Vidisha
13)  Dinasti  raja – raja pada abad III
14)  Dinasti lain pada abad III


17.              Dua Belas Aspek dari Surya
Dewa matahari memanifestasikan dirinya menjadi dua belas aspek yang berbeda, yakni :
1)      Indra maka Dewa surya akan menjadi pemimpin dan raja para Dewa
2)      Dhata , surya menciptkan semua mahkluk
3)      Parjanya, beliau berada di awan dan menurukan hujan
4)      Pusa, beliau berada di semua benih makanan
5)      Tvasta, beliau berada di pohon dan tanaman
6)      Aryama, beliau berada di angin, memberi nafas kepada seluruh kehidupan
7)      Bhaga, beliau berada di bumi, menjadi tubuhsetiap mahkluk
8)      Vivasvana, beliau berada di api, mematangkan semua masakan
9)      Visnu, beliau menghancurkan musuh - musuh
10)  Amsu, beliau ada di udara dan memberikan kebahagiaan dihati semua mahkluk
11)  Varuna, beliau berada di air dan mendukung seluruh kehidupan
12)  Mitra, beliau mendirikan kuil di pinggir sungai Candrabhaga
Orang yang mengetahui dua belas aspek Surya iniakan mendapatkan tempat di istana Surya dan tinggal bersama beliau. Dalam setiap bulan dalam satu tahun, salah satu dari aspek surya ini akan termanifestasikan. Beliau juga memiliki nama tambahan yaitu : Aditya, Savita, Surya, Mihira, Arka, Prabhakara, Martanda, Bhaskara, Bhanu, Citrabhanu, Divakara, dan Ravi

18.              Kereta Dewa Surya
Kera dewa Surya berwarna keemasan dibuat oleh Brahma. Nama kusirnya adalah Aruna. Kereta ini dtarik oleh tujuh kuda yang bernama  Gayatri, Tristupa, Jagati, Anuspata, Pankti, Vrhati, dan Usnika. Dua Aditya (dewa), dua rsi, dua Gandharwa (penyanyi kahyangan), dua apsara (penari kahyangan), dua naga dan dua raksasa selalu ada mengikuti kereta. Setiap bulan beliau – beliau yang selalu mengikuti Dewa Surya bergiliran ada dalam kereta.

19.              Sakadvipa
Tersebutlah sebuah pohon yang bernama pohon Saka tumbuh di kerajaan ini dan dari nama pohon inilah Sakadvipa didapatkan. Di wilayah ini diyakini sebagai wilayang yang sering dikunjungi para dewa dan gandharwa. Disebutkan bahwa bumi terdiri dari tujuh wilayah, yakni Jambhudvipa, Plaksadvipa, Samaladvipa, Kusadadvipa, Krouncadvipa, Puskaradadvipa, dan Sakadvipa. Kota Sakadvipa terkenal sebagai kota suci dan penduduknya berumur panjang. Kelaparan, penyakit dan umur tua hampir tidak dikenal di tempat ini. di wilayah ini terdapat 7 gunung salju yang diyakini merupakan gudang dari berbagai batu berharga. Intan permata terdapat di sungai yang mengalir di kota ini.
Gunung  meru  adalah tempat para rsi dan gandarwa tinggal. Gunung Udaya adalah gunung berwarna keemasan dan diselimuti awan. Gunung Mahagiri adalah gunung yang dikelilingi banyak danau. Darisinilah dewa Indra mengambil air untuk menjadi hujan. Gunung Raivataka adalah gunung yang memiliki keindahan sehingga Sakadvipa sering disebut surga. Gunung Syama adalah gunung yang berpenampakan gelap. Gunung Antagiri adalah gunung yang berwarna keperakan. Dan gunung Ambikeya gunung yang selalu diselimuti salju.
Di sakadvipa ada tujuh sungai suci, karena kesuciannya semua sungai ini disebut sungai Gangga. Namun sebenarnya memiliki nama masing – masing yakni, Sivajala, Kumari, Vasavi, nanda, Parwati, Sivetika, Iksu / Kratu, Dhenuka / Mrta dan yang ketujuh tidak disebutkan. Penduduk Sakadvipa memuja Dewa Surya sebagai dewa tertinggi.

20.              Manvantara
Manvantara adalah periode masa pralaya bumi, umur alam semesta adalah empatbelas manvantara yang mana setiap manvantara dipimpin oleh seorang Manu. Sekarang alam semesta telah melalui enam manvantara. Keenam Manvantara itu adalah Svayambhuva, Svarocisa, Uttama, Tamasa, Raivata, dan Caksuka. Manvatara yang sekarang ini adalah Vaivasvata yang merupakan Manvatara yang ketujuh. Dimasa depan akan ada tujuh Manvatara lagi.
Kebanyakan kitab purana mengagungkan dewa Brahma, Visnu dan Siva hal ini membuat ketiga Dewa dikenal dikalangan umat manusia. Dan disini Bhavisya Purana agak aneh dengan mengagungkan Dewa Surya, yang deberikan disini hanyalah sekilah dari isi yang sebenarnya. Mungkin tidak diragukan lagi, jika anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang pemujaan Dewa Surya dapat dicari dalam Bhavisya Purana bentuk utuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar