IMPLEMENTASI AJARAN YOGA DALAM PERSPEKTIF PENGALAMAN
HIDUP
A.
PEMBAHASAN
Setiap
perbuatan yang dilakukan oleh manusia harus disucikan.
Bernafas pun adalah suatu perbuatan, tanpa melakukan karma manusia tidak dapat
hidup sedetik pun didunia ini. Hidup di dunia ini merupakan
buah karma saya terdahulu yang lahir kembali menjadi manusia untuk memperbaiki
perbuatan-perbuatan terdahulu agar dapat mencapai kebahagiaan.
Saya di lahirkan
di Kota Singaraja pada tanggal 29 Maret 1992 dini hari. Dan
pada saat itulah saya mulai dapat merasakan hidup di dunia ini. Saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara dan saya tidak mempunyai
saudara laki-laki. Sebenarnya kelahiran saya ini tidak
diharapkan oleh orang tua saya terutama bapak saya karena bapak menginginkan
mempunyai anak laki-laki untuk meneruskan garis keturunannya tetapi yang lahir
perempuan. Dengan bantuan keluarga besar yang telah memberikan
pengertian-pengertian akhirnya bapak saya mengerti dan mau menerima saya
sebagai anaknya dan mulai menyayangi saya bagaimana selayaknya kasih sayang
seorang bapak kepada anaknya. Hidup keluarga saya sangatlah
sederhana hanya dengan mengandalkan gaji bapak dan ibu sebagai pedagang di
rumah mereka mampu menghidupi ketiga anaknya. Dan karena saya anak
paling buncit atau
bungsu jadi saya merasa sangat egois, ingin meminta lebih ketimbang kakak-kakak
saya dan selalu ingin menang sendiri. Dari kecil sesuatu yang mulai bisa saya ingat adalah saat saya
mulai duduk bangku sekolah yaitu dari tingkat yang paling dasar Taman
Kanak-Kanak (TK). Pada saat itu saya berumur 6 tahun
dan sudah seperti anak kecil pada umumnya. Saya suka dengan hal-hal yang
menarik, hal-hal yang ekstrim, suka bermain, dan menangis pun termasuk hobi
saya. Hal yang menarik pada saat itu adalah saya sangat suka makan dan susah untuk mandi. Karena mandi merupakan
hal yang menakutkan bagi saya, mengapa demikian karena pada saat ibu memandikan
saya pasti ujung-ujungnya keramas, dan inilah penyebabnya saya takut mandi
karena keramas takut jika sabun mengenai mata, itu sangat perih sekali
sampai-sampai mata saya merah padam dan menangis menjerit-jerit. Di TK saya diajarkan untuk melatih diri sebelum melakukan sesuatu
selalu di awali dengan berdoa. Misalnya sebelum makan
cuci tangan terlebih dahulu lalu berdoa mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan,
sebelum mulai belajar dan sebelum pulang. Itu dilatih
terus menerus dan agar selalu ingat sampai sekarang.
Beranjak
dari TK (Taman Kanak - Kanak) melanjutkannya ke SD (Sekolah Dasar), saya
bersekolah di SD 1 dan 2 Paket Agung.
Sebenarnya saya merasa takut dan enggan masuk SD selain karena saya susah
berinteraksi dengan lingkungan yang baru saya merasa takut kalau nanti saya
belajar di rumah pasti di ajar oleh bapak saya, karena saya melihat pengalaman
kakak-kakak saya kalau di ajar oleh bapak pasti ujung-ujungnya nangis karena
bapak saya sangat keras dan salah sedikit pasti marahnya bukan main. Itu yang membuat saya enggan masuk SD kenapa tidak TK saja, hanya
bermain-main dan makan saja sedangkan di SD harus belajar saja. Dan memang benar setiap malam rumah saya selalu dihiasi dengan
tangisan saya dan suara bapak yang marah-marah mengajarkan saya. Kalau sudah sampai nangis ibu saya baru menghampiri untuk memberi
pengertian kepada bapak saya. Memang saya mengerti
dengan bapak mengajarkan saya seperti itu agar saya cepat bisa dan mengerti
tetapi karena suara bapak yang keras dan membentak-bentak itu yang menyebabkan
saya menangis tersedu-sedu. Di sekolah saya mulai
diajarkan bersembahyang, Tri Sandya tiga kali sehari dengan sikap yang sempurna.
Dan dilatih untuk selalu berbakti kepada Tuhan dan Orang Tua.
Pada saat itu di rumah saya mempunyai anjing yang sangat lucu
yang di berikan oleh paman yang bekerja di Denpasar, anjing itu sejenis golden
dan saya memeliharanya dari kecil. Mulai dari memberi makan, memandikan,
dan memberi vaksin setiap bulan karena anjing sejenis itu sangat susah memeliharanya. Entah tidak tahu
kenapa satu tahun saya memeliharanya, anjing itu sakit tidak mau makan. Di periksa oleh dokter pun sudah tetapi tetap saja tidak mau makan.
Akhirnya pada pagi hari Bapak saya melihat anjing itu telah
mati. Bapak mengubur mayat anjing itu di belakang
rumah, saya pun merasa sangat iba dan sedih karena tidak ada lagi teman bermain
setiap malam.
Pelajaran yang
telah saya terima di SD dari kelas 1 baru saya bisa mengerti pada saat saya
kelas IV, mulai melakukan apa- apa yang pernah
diajarkan oleh guru di sekolah dan saya terapkan di rumah. Saya
mulai membantu ibu di rumah mencuci piring dan mulai di ajarkan oleh ibu
mesayuban atau meyadnya sesa dan sorenya saya di beri tugas untuk sembahyang
(maturan canang setiap sore) di sekeliling rumah. Dan
setiap hari Purnama dan tilem saya di sekolah berpakaian adat ke pura dan
melakukan persembahyangan bersama-sama pada pagi hari di Padmasana sekolah.
Dari sana saya mengetahui kata Mesesangi dan saya lakukan pada saat saya menempuh Ujian Akhir
Nasional, saya mesesangi di Padmasana
Sekolah apabila saya lulus nanti saya akan menghaturkan sesajen. Dan memang
benar terjadi berkat doa dari orang Tua dan saya
sendiri dan berusaha dengan keras saya pun lulus dan di terima di SMP N 1
Singaraja. Sayapun memenuhi janji untuk menghaturkan sesajen
di Padmasana Sekolah dan mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan.
Satu masalah pun
datang bapak saya tidak setuju saya melanjutkan pendidikan di SMP N 1
Singaraja, bukan karena terbentur biaya tetapi karena jarak antara rumah dan
sekolah terbilang sangat jauh, sebelumnya saya tinggal di Mes LP (Lembaga
Pemasyarakatan) Singaraja karena bapak bekerja di sana dekat dengan SD dimana
saya sekolah. Dan setelah saya tamat SD saya pindah rumah
karena bapak sudah mampu membeli rumah di Desa Baktisraga Buleleng.
Bapak tidak mau ambil resiko kalau nanti ia tidak
sempat mengantar jemput saya sekolah pendidikan jadi terbelangkai dan saya
tidak di perbolehkan naik angkutan umum karena saya dikatakan masih kecil rawan
penculikan. Dan akhirnya saya sekolah di SMP N 4 Singaraja di
desa Sambangan yang terbilang dekat dengan rumah saya.
Dengan
perasaan terpaksa saya mengikuti kehendak bapak sekolah di SMP N 4 Singaraja.
Dan memang kebetulan banyak tetangga dirumah banyak yang
sekolah disana jadi kalau bapak ada halangan tidak bisa mengantar atau
menjemput saya, saya dititipkan oleh tetangga. Hari
demi hari saya jalani belajar di tingkat menengah itu, saya sudah mulai
beranjak dewasa dan mengenal lawan jenis. Sudah mulai
mengenal menjalin hubungan dekat dengan lawan jenis. Saya
sudah mulai mengalami menstruasi. Pada Saat saya kelas III, saya dan
kakak-kakak saya menjalani upacara potong gigi dan sekali gus
natab banten Menek Bajang (Munggah Daha). Runtutan upacara potong gigi menurut
Adat Karangasem (karena saya berasal dari Karangasem desa Tiying Tali) berisi
acara sujud bakti kepada kedua orang tua, istilahnya kita mengucapkan terima
kasih kepada orang tua karena telah membesarkan kita, memelihara dan membuatkan
upacara yang merupakan bagian dari kewajiban mereka sebagai orang tua.
Satu masalah
lagi yang menimpa diri saya adalah pada saat saat saya menjelang Ujian Akhir
Nasional dilaksanakan uji cobs tes ujian di sekolah dan pada
saat itu semua teman-teman dan termasuk saya membawa HP (handphone) ke sekolah.
Dan hanya saya saja yang kedapatan membawa HP (handphone)
pada saat itu. Orang Tua saya di panggil ke sekolah dan saya mendapat surat peringatan. Sampainya di rumah bapak marah
habis-habisan karena malu saya seorang siswi mendapat surat peringatan karena
melanggar aturan sekolah dikiranya saya membawa HP ke sekolah untuk hal-hal
yang negatif tetapi sebenarnya hanya untuk ikut-ikutan teman-teman, saya tidak mau kalah
dengan teman-teman. Saya tidak mau dikatakan gaptek (gagap
teknologi) oleh teman-teman.
Lambat
laun setelah saya lulus Ujian Akhir Nasional tingkat SMP saya melanjutkan
pendidikan di SMA N 2 Singaraja.
Masa-masa SMA adalah masa-masa yang paling mengesankan
karena kita merasa pada saat itu kita telah tumbuh besar dan menjadi dewasa.
Saya mulai ke sekolah dengan membawa motor sendiri karena telah mempunyai surat izin mengemudi. Saya tidak merasa
canggung awal-awal memasuki SMA karena ssebagian besar teman-teman saya di SMP
ketemu lagi di SMA karena sama-sama melanjutkan di SMA N 2 Singaraja. Di SMA saya tidak pernah serius dalam belajar karena terpengaruh
oleh teman-teman yang hobbinya jalan-jalan saja, saya jadi ikut-ikutan seperti
itu. Pernah suatu ketika saya dan menghadiri teman
yang lagi berulang tahun. Karena pestanya di gelar malam hari dan
selesainya pun pasti larut malam, saya pulang sudah larut malam dan pintu rumah
telah dikunci seisi rumah telah tidur pulas semuanya, saya telpon-telpon
telepon rumah tidak yang ngangkat, akhirnya saya pun nginap di kos teman dekat
saya. Pagi harinya saya pulang karena akan masuk
sekolah, sampainya di rumah di sambut dengan kata-kata kasar bapak, saya di
bilang tidak tahu diri, tidak punya perasaan malu dengan tetangga pulang
larut-larut malam sampai-sampai saya tidak masuk sekolah karena malu mata
bengkak karena menangis. Atas kejadian itu saya tidak pernah
lagi ikut-ikutan teman untuk pulang main larut malam.
Menjelang
kelas III, sekolah rutin setiap tahun mengadakan kegiatan kemah.
Pada saat itu kegiatan perkemahan diadakan di Desa Panca
Sari, sebelumnya kami melakukan tirta yatra terlebih dahulu ke tempat suci yang
berada berdekatan dengan tempat perkemahan kami. Yaitu
di pura Yeh Ketupat kemudian di Pura Ulun Danu setelah itu menuju ke lokasi
perkemahan. Disana kami di beri tugas untuk membuat
karya ilmiah yang mengakut tentang alam sekitar Desa panca Sari. Tiga
hari tiga malam kami bermukim di sana dengan berbagai
banyak kegiatan selain penelitian. Di sana saya dan
anggota kelompok saya meneliti tentang “Sampah-sampah dari sisa sayur-sayuran dari
hasil pertanian penduduk di Desa Panca Sari, apakah diolah kembali atau di
biarkan membusuk”. Saya melakukan penelitian di sekitar desa
tersebut di pasar tempat menjual sayur-sayuran dan di perkebunan sayur-sayuran.
Teman-teman saya yang lain banyak yang meniliti
tentang peternakan kelinci dan yang lain-lain. Karena cuaca yang sangat dingin
saya sangat menikmati kegiatan tersebut banyak pengalaman yang saya peroleh,
itu merupakan sesuatu yang baru dalam hidup saya dan saya belajar untuk bisa
berinteraksi dengan penduduk di Desa Panca Sari untuk mendapatkan data-data
yang saya perlukan untuk menulis karya ilmiah. Dalam kegiatan
tersebut walaupun saya sangat meniikmati dan merasa sangat senang bisa hidup
bebas tanpa ada masalah yang menghinggapi ada sepercik rasa kangen dengan
keluarga di rumah terutama kepada ibu. Mungkin karena
saya tidak pernah merasakan jauh dari orang tua dan ini merupakan pengalaman
kali pertama saya berada jauh dengan ibu. Dan ibu juga begitu ia sangat khawatir dengan keadaan saya setiap hari ia
menyempatkan diri untuk menanyakan keadaan saya. Tetapi karena berkat hiburan
dari teman-teman saya mulai bisa lupa akan rumah saya.
Dan hari terakhir pun tiba, saya berkemas-kemas untuk kembali
pulang ke rumah dengan perasaan yang sangat senang.
Suatu ketika
setelah saya tamat dari SMA saya ingin melajutkan pendidikan di Universitas
Ganseha tetapi nasib buruk menghampiri saya yang gugur dalam tes penyeleksian.
Pada saat itu hari-hari saya hiasi dengan menagis karena saya
merasa bingung dimana saya harus melanjutkan kuliah. Karena yang ada di
pikiran saya hanya Undiksa tempat kuliah yang paling saya idam-idamkan, tidak
ada lagi tempat lain karena saya anggap tempat yang lain tidak cocok dengan
jurusan saya. Pada suatu hari kakak saya menghampiri saya dan
mengajak saya bicara saya di anjurkan untuk melanjutkan pendidikan di IHDN
Denpasar cabang Singaraja. Dan kebetulan kakak saya kuliah di sana tetapi pada saat itu belum menjadi IHDN tetapi STAH.
Dengan banyak pertimbangan dan banyak dukungan dari orang tua akhirnya dengan
terpaksa saya mengikuti apa kata mereka. Saya mulai mendaftarkan diri di IHDN dan saya mengambil jurusan
Pendidikan Agama Hindu. saya sangat terkejut
ketika harus menjalani OSPEK di kampus Bangli. Saya merasa
takut karena saya tidak tahu daerah Bangli. Untungnya ada teman yang
mengajak saya untuk bersama-sama berangkat ke Bangli dari mencari kos di Bangli untuk beberapa hari OSPEK. Hari-hari
pun saya lalui dengan mulai berinteraksi dengan lingkungan dan mulai belajar
dan mendalami pelajaran yang mengandung unsur Agama. Saya
mendapat pengalaman baru ketika kuliah di IHDN mulai tahu daerah Bangli dan
Kota Denpasar karena sering saya lalui untuk mencari kampus yang ada di Bangli
dan Denpasar.
Ketika
saya semester III saya di pilih untuk mengikuti mengikuti lomba gerak jalan
putri mewakili kampus dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan.
Saya dan teman-teman peserta lomba gerak jalan lainnya
disuruh fokus untuk berlatih gerakan-gerakan yang di berikan oleh pelatih.
Dalam ketika saya semester IV pada saat itu saya dan teman-teman yang lain mendapat maka kuliah KKL (Kuliah Kerja Lapangan)
menambil lokasi di luar Bali. Hari-hari yang sangat
menyakitkan pada saat itu karena kita tidak mendapatkan fasilitas yang memadai,
dan hari-hari yang sangat melelahkan. Seharian di Bus dengan keadaan
yang tidak fit karena kurang tidur dan kami mendapatkan makanan yang tidak
sesui dengan selera kita. Ketika itu kita diajak berkunjung ke
wilayah Solo yang dimana penduduknya mayoritas beragama Hindu. Kami sembahnyang di Pura Amertha Santi dan memberikan bantuan
kepada penduduk disana. Dan ketika Semester V kembali saya di suruh untuk mengikuti lomba
gerak jalan putri 17kilometer. Mau tidak mau harus mau
karena tidak ada yang bersedia untuk mengikuti kegiatan ini, dengan terpaksa
saya pun mengikutinya. Pada Saat lomba pun tiba,
bertepatan juga saya mengalami halangan datang bulan. Hal
yang paling saya takutkan karena setiap saya datang bulan perut saya terasa
sangat sakit, dengan terpaksa saya tetap mengikuti lomba tersebut.
Dipertengahan jalan karena saya sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan
tetapi teman-teman yang lain terus memberi semangat saya agar tidak gugur di
tengah-tengah perjalanan. Dengan tekad yang bulat dan memohon
kepada Tuhan agar saya di berikan kekuatan dan agar menyelamatkan barisan saya
tetap teguh melanjutkan perjalanan hingga sampai di finish. Ketika sampai di finish, tubuh saya sudah lemas dan saya sudah
tidak ingat apa-apa lagi. Ketika sadar saya sudah
berada di Rumah Sakit Umum. Di dampingi oleh
rekan-rekan panitia saya di periksa oleh dokter dan di beri obat. Dan
saya bersyukur karena telah mampu mencapai finish walaupun dengan keadaan yang
tidak fit, dan saya sudah berusaha untuk tidak mengecewakan pelatih.
B.
KOMENTAR
Yoga
merupakan sistem ilmu Rohani (Makhluk yang berhati Nurani) yang dengan cepat
bisa meningkatkan perkembangan instin nuraninya.
Sesungguhnya siapapun yang melakukan Yoga dengan tulus dapat di sebut seorang
Yogi atau Pengabdi (Bhakta). Dalam
pengalaman hidup ini saya banyak hal baru yang saya temukan dan jalani.
Itu semua merupakan suatu proses dari diri saya untuk mencapai tujuan dan
cita-cita yang saya inginkan. Saya belajar dari
kegagalan-kegagalan yang pernah saya alami sebelumnya sehingga saya mampu untuk
berbuat yang lebih baik lagi. Paramahamsa Yogananda (dlm Autobiography
of a yogi) menguraikan bahwa jika dalam sehari saja kita dapat membahagiakan
mematuhi dan menghormati Orang Tua dan Guru hanya
dengan menghormati dan menyayangi orang tua, kita sudah dianggap berlatih yoga.
Dari
pengalaman hidup yang saya alami dapat saya kaitkan dengan ajaran yoga yang di
ajarkan oleh Rsi Patanjali yaitu Astangga
Yoga. Adapun bagian-bagiannya adalah : Yama, Niyama,
Asana, Pranayama, Pratyahara, Darana, Dyana, Samadhi.
1. Pengalaman
hidup yang pernah saya alami yang terkait dengan ajaran Ahimsa yang merupakan bagian dari Yama adalah ketika saya mempunyai anjing yang sangat lucu yang di
berikan oleh paman yang bekerja di Denpasar, anjing itu sejenis golden dan saya
memeliharanya dari kecil. Mulai dari memberi makan, memandikan, dan memberi
vaksin setiap bulan karena anjing sejenis itu sangat susah
memeliharanya. Entah tidak tahu kenapa satu tahun saya memeliharanya, anjing
itu sakit tidak mau makan. Di periksa oleh dokter pun sudah tetapi tetap saja
tidak mau makan. Akhirnya pada pagi hari Bapak saya melihat anjing itu telah
mati. Bapak mengubur mayat anjing itu di belakang rumah, saya pun merasa sangat
iba dan sedih karena tidak ada lagi teman bermain setiap malam.
Komentar :
Ahimsa
atau tanpa kekerasan.
Jangan melukai makhluk lain manapun dalam pikiran,
perbuatan, atau perkataan. Makna lainnya adalah perlakukan pihak lain seperti engkau ingin diperlakukan sendiri. Siapa pun
yang bertemu dengan penganut ahimsa
tidak akan menjumpai permusuhan atau itikad yang
kurang baik (Yoga Sutra
II.35).
2. Pengalaman
hidup saya yang bisa saya kaitkan dengan ajaran Niyama yang bagian Santosa
adalah ketika saya merasa puas saat saya lulus ujian nasional pada tingkat SD
dan pada saat itu saat mesesangi di
Padmasana sekolah meminta permohonan agar saya bisa lulus ujian nasional dan
memang benar terjadi tersirat kepuasan bathin saya saat itu telah berhasil
lulus ujian nasional.
Komentar :
Santosa atau kepuasan.
Kebajikan ini menghantar kepada kesenangan yang tak
terkatakan. Sebaliknya ketidakpuasan mengakibatkan kegoncangan mental,
sehingga apa yang telah dicapai, dimiliki atau diwujudkan,
kehilangan daya tariknya, dan kegoncangan yang diakibatkan menimbulkan rantai
penderitaan. Kepuasan timbul dari kebiasaan untuk
berterimakasih. Seorang yogi adalah seorang theis yang mengenal batas-batasnya pula; yang tidak pernah
memuliakan diri terlalu tinggi, dan karena itu ia
tidak pernah merasa kecewa. Seorang yogi adalah aktivitas
yang dipribadikan dan karena itu kepuasannya tidak menjadikannya pasif, kepuasannya membantunya dalam
usaha-usaha baru. Dalam kepuasannya terlihat semacam
kesenangan transendent
(Yoga Sutra II. 42).
3.
Pengalaman selanjutnya
berkaitan dengan ajaran Isvarapranidhana
yang merupakan bagian dari Niyama
ketika saya mulai mengerti apa itu artinya sembahyang yang saya mengerti
setelah kelas IV SD, barulah saya mulai rajin sembahyang setiap hari setiap ibu
selesai memasak nasi saya selalu menyempatkan diri untuk membantu ibu maturan
sayuban dan sorenya saya sembahyang di sekeliling rumah dengan ngaturang canang
sari dan itupun saya jalani sampai sekarang. Itu merupakan salah satu suatu
bentuk pengabdian kepada Tuhan.
Komentar :
Isvarapranidhana atau
penyerahan dan pengabdian kepada Tuhan.
Isvarapranidhana mengantar
untuk mencapai Samadhi, keadaan supra-sadar transendent
(Yoga Sutra II. 45).
4. Selanjutnya
pengalaman hidup saya ada yang berkaitan dengan ajaran yoga yaitu Asana, dimana
pada saat saya baru menginjak kelas I SD saya di ajarkan untuk mengambil sikap
yang sempurna dan senyaman mungkin pada saat melalukan puja Tri Sandya.
Komentar :
Asana
berarti sikap tubuh yang nyaman dilakukan.
Tekanan lembut dari sikap asana
yang dilakukan dengan tenang dalam jangka waktu tertentu, memperbaiki cairan
hormon yang mengakibatkan keseimbangan hormon, meningkatkan kesehatan fisik dan
mental. Asana dalam aspek setiap fisik manusia tidak saja membuat kerja kelenjar
tetapi juga membuat otot-otot giat dan santai, begitu pula dengan sistem syaraf, menstimulir sirkulasi, mengendurkan otot dan
memussatkan pikiran. Selama masa latihan asana, tenaga lebih banyak dikumpulkan
daripada dipergunakan. Secara bertahap tubuh, setelah tubuh terbiasa
dengan latihan yang lentur dan menyantaikan, maka semua aktifitas fisik
merupakan bagian dari asana,
dilakukan dengan lancar, halus, disertai dengan nafas yang dalam sehingga tubuh mendapatkan banyak oksigen dan pikiran
menjadi tenang dan terkendali.
5. Pengalaman
saya yang selanjutkan banyak yang berkaitan dengan ajaran Yoga yaitu Pranayama,
dimana dari pengalaman-pengalaman yang saya tuturkan di atas banyak sekali saya
mengadapi tekanan-tekanan yang sangat mengganggu bathin. Salah satunya pada
saat tidak lulus dalam tes seleksi di Undiksa itu
membuat perasaan dan pikiran saya terasa sangat kalut. Hal yang utama saya saya
lakukan agar pikiran saya menjadi tenang pada saat itu melakukan pengaturan
nafas dan sesekali membuang nafas secara perlahan-lahan. Itu sangat membantu
konsentrasi pikiran saya menjadi lebih tenang.
Komentar :
Pranayama
terdiri dari 2 buah kata dalam bahasa Sansekerta yaitu prana dan yama. Prana
merupakan kekuatan yang sangat penting atau utama yang meliputi seluruh kosmos.
Prana berada dalam segala makhluk, ia ada pada batu, serangga, binatang, dan manusia. Meskipun
berhubungan dekat dengan udara yang kita hirup, tapi prana sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang sama.
Prana lebih halus
daripada udara dan dapat diartikan sebagai energi pokok yang ada dalam segala
sesuatu di alam semesta ini. Sementara
itu, Yama
berarti "mengendalikan". Pranayama dapat
diartikan sebagai suatu rangkaian teknik yang merangsang dan meningkatkan
energi yang sangat penting, pada akhirnya menimbulkan pengendalian yang
sempurna pada aliran prana dalam
tubuh. (Sarasvati, 2002 : 301).
6. Pengalaman
hidup yang selajutnya berkaitan dengan ajaran yoga yaitu Pratyahara,
ketika saya mengikuti kegiatan kemah di Desa Panca Sari. Pada saat itu mendapat
tugas untuk menbuat karya ilmiah, banyak tema alam yang di berikan oleh guru
kita boleh memilih salah satunya, karena guru pembimbing karya ilmiah saya guru
Biologi maka dianjurkan untuk meneliti sampah organik, tetapi ada yang lebih
menarik dari itu temanya kalau menurut saya yaitu peternakan kelinci, karena
itu memang anjuran dari guru pembimbing karena lebih ahli di bidang sampah
organik maka saya harus menarik indrya atau keinginan saya untuk meneliti yang
lain.
Komentar :
Pratyahara
adalah menarik keterikatan Indriya pada Obyeknya.
Alat-alat indriya secara alamiah cenderung mengejar
sensualitas (visaya) sebagai
obyeknya. Pratyahara
merupakan penarikan pikiran dari perhatian terhadap benda-benda luar dan
mengarahkan pikiran ke dalam hati nurani. Pratyahara merupakan awal dari perubahan
pikiran dari luar ke dalam.
Tujuan melatih Pratyahara dalam ajaran Yoga
bagi seorang yogi adalah (1) melepaskan alat-alat indriya dari hasrat-hasrat
duniawi untuk ditujukan kepada Tuhan, (2) Agar alat-alat indria dapat dikuasai
oleh pikiran, dan pikiran itulah yang dikuasai dan diarahkan, (3) dyana tidak akan tercapai bilamana
pikiran tidak dikuasai terlebih dahulu.
7. Dari
tema yang dianjurkan oleh pembimbing, saya dan teman-teman mencari objek dimana
kita harus melakukan suatu penelitian. Kita melakukan observasi terlebih
dahulu. Saya harus fokus dengan tugas penelitian ini tidak boleh terpengaruh
lagi dengan hal-hal yang lain, agar penelitian ini
berhasil dan mendapatkan data yang logis guna menyusun suatu karya ilmiah. Dalam
hal ini ajaran Darana dan Dyana sangat berkaitan dengan pengalaman
saya, dimana saya harus fokus terhadap satu objek saja dan terus memikirkan
objek itu agar mampu meneliti secara mendalam.
Komentar :
Dharana
adalah memusatkan citta/pikiran pada suatu tempat.
Dharana dapat
dipusatkan pada suatu tempat jika alat-alat indria dapat ditundukkan.
Dan Dhyana atau Kontemplasi merupakan arus pikiran yang terus menerus mengalir pada
obyek (Tuhan/Iswara) (Tatra-pratyaya-ekatanata-dhyanam:III.2). Seperti sungai yang mengalir ke laut maka
segenap kesadaran diri mulai mengalir terus menerus ke arah Tuhan: Dhyana.
Dan
pada tahap tekahir setelah mendapatkan data hasil penelitian tersebut karena
datanya sangat lengkap dan akurat maka saya berhasil membuat suatu karya ilmiah dan mendapatkan
nilai yang sangat memuaskan. Pengalaman ini sangat erat
kaitannya dengan ajaran yoga yaitu Samadhi.
Komentar
:
Samadhi merupakan
keadaan supra sadar transenden. Samadhi adalah persatuan sempurna antara pecinta, yang dicintai dan
kecintaan dalam alam Tuhan yang agung penuh damai. Ibarat
seorang pelukis menyatu dalam ide (gagasan) dan karyanya secara sempurna.
C. DAFTAR PUSTAKA
Kamajaya, Gede. 1998. Yoga Kundalini (Cara untuk mencapai siddhi dan
moksa). Surabaya : Paramita.
Pendit,
S, Nyoman. 2007. Filsafat Hindu Dharma
Sad-Darsana. Denpasar : Pustaka Bali Post.
Sarasvati.
Svami Satyananda. 2002. Asana, Pranayama,
Mudra, Banda. Surabaya: Paramita
Suka Yasa, I
wayan, dkk.2006. Yoga Marga Rahayu.
Denpasar: Penerbit Widya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar