1.
Brahma
“Brahma” kata Sumantu,
adalah yang mencipta, memelihara dan melebur alam semesta ini. Beliau adalah
dewa kebijaksaan dan permainsuri beliau yaitu dewi Sarasvati. Sebelum masa
penciptaan hanya air dan kegelapan yang memenuhi alam semesta ini. Dalam
situasi inilah beliau menciptakan dirinya melalui kekuatan saktinya. Sehingga
beliau bergelar Svayambhu (sva= beliau lahir svayam = dari dirinya sendiri).
Brahmalah yang menciptakan seluruh penghuni alam semesta ini. Dan dengan
kekuatan bhatinNya menciptakan tujuh Rsi
agung yaitu Marici, Antri, Angira, Pulastya, Pulaha, Kratu, Vasistha, Bhrgu dan
Narada. Bhavisya Purana ini tergolong dalam rajasika karena menengahi kedua
sifat yakni Sattvam dan Tamas. Rajasika mewakili sifat kenafsuaan dan pemuasan kenikmatan. Dalam
sifat ini, pengaruh nafsu dan kenikmatan adalah yang paling mendominasi dan
kadang – kadang dipengaruhi oleh sifat Sattva
dan tamas. Sifat – sifat inilah
yang diasosiasikan dengan Brahma dan penciptaan itu sendiri. Dari sudut pandang
inilah Bhavisya Purana kemudian dikategorikan sebagai Rajasika purana.
2.
Ganesa
Pada jaman dahulu,
segala hal yang menjadi usaha manusia membawa hasil yang sukses sehingga hal
ini membuat manusia menjadi besar kepala, merasa bisa mengatasi segalanya.
Mengetahui hal ini, Brahma menciptakan dewa yang bernama Ganesa untuk mengatasi kesombongan manusia. Maka setiap memulai
pekerjaan manusia harus mendapat restu atau memuja dari Ganesa oleh sebab itu beliau bergelar Vighnahara yang berarti penghancur segala penghalang dan siddhidata yang berarti yang
menganugrahi kesuksesan.
3.
Surya
dan Samjna
Surya adalah dewa yang
paling penting dalam purana ini. Dalam proses penciptaan Brahma membelah
dirinya menjadi dua bagian, yang satu laki – laki bernama Svayambhuana manu dan yang wanita bernama Satarupa. Dengan kekuatan bhatinnya manu melahirkan sepuluh anak
yang salah satunya bernama Daksa. Daksa ini memeliki putri yang bernama Aditi.
Rsi Kasyapa adalah anak dari Brahma yang kemudian menikah dengan Aditi dan
memiliki putra bernama Martanda atau Surya.
Viswakarma adalah
arsiteknya para dewa yang memiliki putri Samjna. Samjna ini dinikahkan dengan
Surya kemudian lahirlah Yama dan Yamuna. Karena Samjna tidak tahan dengan sinar
Surya maka dia membuat ilusi dirinya yang bernama Chaya yang nampak persis
dengan Samjna. Samjna meminta kepada Chaya agar berpura-pura
menjadi Samjna, karena ia akan pergi ke rumah ayahnya. Chaya menyetujuinya
tetapi dengan satu syarat bahwa Ia tidak akan membocorkan rahasia ini kepada
siapapun selam tidak ada orang yang mengutuknya dan tidak ada yang menyentuh
atau menjambak rambutnya, akan tetapi jika ini terjadi maka Chaya akan
membocorkan semuanya. Samjna menyetujuinya dan kemudian dia pergi ke rumah
ayahnya yaitu Visvakarma. Selama bertahun-tahun Samjna tinggal bersama ayahnya
dan ayahnya pun curiga menyuruh anaknya kembali kepada Surya. Karena tidak
tahan dengan perkataan ayahnya lalu Samjna pun pergi meninggalkan ayahnya
dengan mengambil wujud seekor kuda betina dan mulai tinggal di wilayah yang
bernama Uttarakuru.
Sementara
itu, Surya tidak menyadari bahwa Samjna digantikan oleh Chaya sehingga mereka
memiliki dua orang putra dan seorang putri. Chaya tampaknya lebih perhatian
dengan anak-anaknya ketimbang kepada
anak-anak Samjna. Suatu ketika salah satu anak samjna yang paling kecil menendang
Chaya. Dan Chaya mengutuk anak itu bahwa kakinya yang digunakan menendang Chaya
akan membusuk. Dan hal itu sampai di telinga Surya, Surya kemudian melakukan
sebisanya untuk mengurangi efek dari kutukan itu dan ia mulai sadar ada sesuatu
yang tidak beres dalam hal ini. Surya meminta penjelasan kepada Chaya tetapi
Chaya tidak memberikan penjelasan apapun sehingga Surya mengancam Chaya akan
mengutuk dan menjambak rambutnya, maka Chaya mengungkap rahasianya dengan
Samjna.
Kemudian
Surya datang ke rumah Visvakarma untuk menemukan Samjna. Visvakarma menawarkan
diri untuk memotong beberapa bagian dari energi Surya, karena cahaya Surya yang
terlalu keras yang menyebabkan Samjna meninggalkan suaminya itu. Surya tidak
keberatan atas ide itu dan penampakannya menjadi lebih meningkat karena
tindakan Visvakarma ini. Surya kemudian menyusul Samjna ke kerajaan Uttarakuru
dalam wujud seekor kuda betina. Maka kemudian ia mengambil wujud kuda jantan
dan bergabung dengan istrinya disana. Dan mereka memiliki dua orang putra dalam
wujud kuda. Setelah itu mereka kembali kewujud asli mereka.
Nilai-nilai
terkandung adalah kebohongan atau ketidak jujurandan ketidak setiaan Samjna
terhadap suaminya karena telah
meninggalkan suaminya begitu saja. Dan nilai kesetiaan Surya terhadap istrinya
mencari kemana pun isrtinya berada dan mengikuti jejak istrinya menjadi kuda. Nilai
pendidikan karakter yang ditunjukkan oleh Visvakarma kepada anaknya Samjna agar
bertanggungjawab kepada keluarganya dan mengplorkan masalahnya bersama Surya. Meninggalkan
dan lari dari suatu masalah dan berpura – pura hidup menjadi orang lain
bukanlah suatu tindakan untuk meleraikan masalah. Hadapilah semua tantangan
dibawah janji suci hidup bersama secara bersama – sama. Karena sesuatu itu akan
jauh lebih indah diselesaikan secara bersama – sama.
4.
Para
pemuja surya
Surya adalah dewa
tertinggi dari para maga. Mereka memasak makanan hanya untuk surya dan akan
memakanya jika telah memberikan persembahan pada surya. Mereka tinggal di
Sakadvipa yang terletak jauh dari Jambhudvipa, di hulu samudra laus (Lavana
Samudra) bernama Ksiroda samudra.
Diceritakan Krsna
menikah dengan Jambavati dan mereka memiliki seorang putra bernama Samba.
Sebagai hasil dari kutukan yang dilimpahkan padanya adalah menderita lepra.
Samba memberitahukan bahwa ia akan sembuh dari lepra yang dideritanya jika ia
memuja matahari. Maka ia kemudian mendirikan sebuah kuil untuk memuja dewa
Surya di penggir Candrabhaga. Para pendeta yang ada di Sakadvipa adalah pendeta
yang mahir dalam puja pada dewa surya dan mereka diundang oleh Samba dan
bertindak sebagai pendeta pemimpin kuil.
Jika hendak makan
Brahmana melakukannya dengan diam dan sunyi, mereka tinggal di Sakadvipa. Para
Brahmana golongan Maga memakai benang suci yang disebut Avyanga, dan mengikat
dipinggangnya. Mereka memelihara jengot dan tidak menyentuh benda – benda suci.
Mereka harus memiiki keturunan, berpenampilan baik, memiliki pengendalian diri
dan menjadi vegetaris.
Tersebutlah seorang Rsi
yang bernama Rijihva yang merupakan pemuja dewa Agni Rsi Rijihva adalah
Niksubha. Sebelumnya Niksubha diidentikkan dengan Chaya. Secara diam – diam
Niksubha telah menikah dengan surya dan meiliki putra bernama Jarasabda. Ketika
hal ini diketahui oleh Rijihva ayahnya amat marah dan mengutuk “Aku mengutuk
anakmu kelak akan menjadai orang tak berguna katanya”. Dengan berlinang air
mata Niksubha memohon pada Surya dan beliaupun berkenaan untuk menampakkan diri
dihadapannya. “aku tidak bisa membatalkan kutukan ayahmu, bagaimanapun ia
adalah seorang Rsi. Akan tetapi aku memberkatimu bahwa kelak keturunanmu akan
menjadi golongan orang suci yang serius mempelajari Veda dan memakai benang
suci. Tidak usah memikirkan apa yang terjadi pada putra – putramu karena
keturuanan mereka akan menjadi orang berguna”. Keturunan Jarasabda inilah yang
kemudian menjadi para Maga Brahmana.
Golongan Bhojaka juga
berasal dari Sakadvipa, mereka membuat persembahan sehari – hari terdiri dari
makanan pada Surya. Mereka juga mempersembahkan dupa, kalung bunga, dan
berbagai persembahan lainnya. Mereka memperlajari Veda, mandi tiga kali sehari
dan memuja surya sebanyak lima kali dan menolak makanan dari golongan sudra.
Seorang Bhojaka memakai benang suci agar mendapat kesucian dan berkah dari dewa
Surya. Sebaliknya jika Bhojaka tidak menggunakan benang suci maka kesuciannya
akan hilang, tidak diperkenakan memuja surya, tidak memiliki keturunan,
kesehatannya terganggu dan tidak mendapat kesenangan. Bhavisya menegaskan
benang suci berhubungan dengan veda, para dewa dan semua mahkluk yang ada di
bumi. Dikatakan bahwa Visnu berada di dasar benang, Brahma ditengahnya dan siva
berada diujungnya.
Para Bhojaka memiliki
status yang lebih tinggi dari Para Maga. Pengabdiannya dijungjung setinggi
langit. Sebagaimana seorang istri melayani suaminya, bagaimana seorang murid melayani
gurunya, tidak ada kitab suci melebihi Veda, tidak ada sungai yang mengatai
kesucian sungai Gangga, tidak ada persembahan yang mengalahkan upacara
Aswamedha, demikianlah para Bhojaka. Dewa surya sebagai dewa tertinggi,
sebagaimana tidak ada mahkluk yang lebih tinggi dari para Bhojaka, bagi dewa
Surya. Semua yang dilakukan Bhojaka dianggap dewa Surya. Dimana kelahiran para
Bhojaka ini adalah dari Dewa Matahari. Beliau menciptakan delapan orang suci
dari tubuh beliau sendiri. Dua lahir dari dahi beliau, dua dari tangan, dua
dari kaki, dua dari sinar beliau. Meraka inilah para Bhojaka yang berdiam di
Sakadvipa dan memimpin ritual di sana.
5.
Yama
Yama adalah dewa yang
telah dikutuk menjadi dewa kematian. Beliau memiliki utusan dan pelayan yang
disebut Yamadhuta. Pemimpin dari para pelayan ini bernama Citragupta. Ia yang
memegang catatan dari dosa dan pahala yang dilakukan seseorang selama di bumi.
Bumi adalah tempat melakukan perbuatan. Hasil perbuatan tidak hanya di nikmati
di bumi tetapi juga disuatu tempat yang dinamakan surga dan neraka. Hanya
mereka yang banyak berbuat pahala masuk surga sedangkan para pendosa harus
menikmati dosanya di neraka. Para pendosa dibawa menghadap Yama dengan melewati
jalan yang berserakan jarum, bebatuan, banyak binatang buah dan berbisa, panas,
tidak ada makanan dan minuman.
Mereka menghadap Yama
untuk menentukan ke neraka mana Para pendosa akan dimasukkan sesuai dosanya.
Ada beberapa jenis hukuman yang diberikan kepada pendosa dan diutamakan pada
bagian tubuh yang melakukan dosa. Mungkin dipotong – potong, direbus, ada yang
dimasukkan ke dalam minyak yang mendidih, ada yang dipaksa memeluk pilar besi
yang panas membara, kemudian dilemparkan ke tempat yang ada kotoran, atau juga
diberikan binatang buas. Para Yamadhuta tidak pernah mersa iba melakukan
tugasnya, jerit tangisan pendosa malah akan membangkitkan semangatnya untuk
menghukum.
Nilai – nilai yang terkandung :
Citragupta sebagai pencatat perbuatan
seseorang tanpa memandang status orang tidak halnya seperti di dunia fana.
Disinilah keadilan itu benar – benar ditegakkan. Jika seseorang berbuat maka
pahala setimpal dengan karmanya. Neraka yang ada di dunia fana tak sebanding
dengan neraka yang ada di alam sana.
6.
Tempat
Suci Dan Simbol Suci
Perbuatan membangun
pura yang sangat berpahala dibandingkan dengan membangun fasilitas umum seperti
sumur. Mereka yang membangun tempat suci akan mendapatkan surga setelah meningal.
Tempat untuk membangun sebuah kuil adalah tempat yang subur dimana sebuah benih
bisa tumbuh dengan baik, apalagi jika tanah itu bersuara jika ditumbuk. Tempat
seperti tanah – tanah yang ada benda – benda seperti bulu, tulang, batu bara,
tumbuhan parasit, semak dan tyang sejenisnya maka tidak boleh dipakai untuk
membangun kuil.
Untuk masing - masing
kasta telah ditentukan tanah untuk membangun kuil mereka. Kaum Brahmana
merupakan kasta tertinggi maka tanah putih adalah sesuai untuk mereka. Bagi
kasta ksatrya, vaisya dan sudra secara berurutan hendaknya memilih tanah
berwarna merah, kuning dan yang berwarna hitam.
Sebelum membangun tanah
harus diperiksa terlebih dahulu. Untuk mengujinya galilah sebuah tanah dengan
ukuran sedang dan gali juga tanah ditempat akan mendirikan kuil dengan ukuran
yang sama. Kemudian tanah yang pertama digali masukkan kedalam lubang di tempat
akan membuat kuil. Jika sisanya cukup banyak maka tergolong Uttama merupakan
tanah yang bagus untuk membangun kuil. Namun jika tanah yang dipakai menutupi
lubang itu malah kurang, ini merupakan tanah tergolong Adhama maka jangan
sesekali membangun kuil di tempat ini.
Gerbang kuil hendaknya
menghadap ke timur, jika tidak memungkinkan hendaknya menghada ke barat.
Hendaknya dibangun tempat pemandian suci di arah selatan dan tempat untuk
melakukan puja memanjang ke utara. Kuil untuk memuja Brahma, Visnu dan Siwa
menghadap ke utara, timur dan barat dari kuil memuja dewa surya. Hendaknya
dibuat tempat – tempat yang ukurannya lebih kecil untuk memuja dewa – dewa
minor, juga sebuah tempat duduk orang suci untuk membacakan naskar purana.
Semua itu hendaknya melengkapi sebuah kuil.
Kemudian disebutkan
tentang pembuatan patung, patung ada terbuat dari emas (kancana), perak
(rajata), tembaga (tamra), tanah (prtiwi), batu (sailanja), kayu (varksi),
astadhatu (bahan logam yang lebih rendah kualitasnya). Patung yang terbuat dari
bahan kayu memberikan panjang dan kekayaan. Patung yang terbuat dari tanah
memberikan kenikmatan duniawi. Patung terbuat dari emas memberikan kekuatan,
dari perak memberikan nama besar, sedangkan dari tembaga memberikan keturunan.
Dari bahan batu memberikan kesenangan duniawi dan kesejahteraan dan patung yang
dihiasi dengan permata dan batu berharga memberikan kesejahteraan.
Patung yang terbuat
dari kayu yang berkualitas tinggi hendaknya diberi upacara kecil, dibuat pada
hari baik dan dikerjakan oleh orang yang telah ahli. Misalnya kayu Dewadaru (kayu cemara), candana, Bilwa (pohon suci untuk Siva), amra(mangga),
nimba, pasana (nangka) dan raktacandana (cendana merah).
Patung yang dibuat
tidak sesuai dengan persyaratan diatas akan membawakan mala petaka bagi
pembuatnya. Jika salah satu bagian cacat atau kepanjangan maka bahaya mengancam
kerajaan. Jika bagiannya tampak kekecilan maka kerajaan diserang bencana wabah
penyakit. Jika patung tampak kebesaran dibagian perut maka kerajaan diancam
kelaparan, jika kekecilan kerajaan akan diancam kemiskinan. Retaknya perut akan
membawakan pada peperangan. Jika patung tampak bengkok kekanan maka pembuatnya
berumur pendek, bengkok kekiri petanda anak yang telah menikah akan bercerai.
Jika mata patung mendelik keatas petanda pembuatnya akan buta dan jika mendelik
kebawah maka pembuatnya dirulung banyak masalah.
7.
Upacara
Agama
Upacara
agama (vrata), berpuasa secara periodk (upavasa) dan menyumbangkan sedekah bertujuan
agar manusia mendapatkan berkah. Melakukan vrata manusia harus bangun pagi,
membersihkan diri, mempersembahkan sesajen dupa dan makanan pada patung dewa
kemudian memberikan sedekah kepada Brahmana. Pada saat melakukan vrata
seseorang hendanya tidak berbicara dan mengendalikan diri dan seluruh
inderannya.
8.
Syamala
Dikota Mithila hiduplah
seorang wanita yang bernama Urmila. Urmila memiliki seorang putra dan seorang
putri. Karena dia sudah merasa tidak sanggup lagi mencari nafkah disana maka ia
mencoba keberungtungannya ditempat lain.
Maka Urmila kemudian
pergi ke kota Avanti dan mulai kerja dirumah seorang Brahmana.
Pada suatu kesempatan,
anak-anaknya sangat lapar dan ia terpaksa harus mencuri beberapa makanan milik
tuannya.
Beberapa waktu berlalu
dan putri Urmila yang bernama Syamala, tumbuh besar menjadi seorang gadis yang
cantik dan menikah dengan Yama.
Yama memberi tahu
Syamala, “sebagai istriku, kau bisa tinggal dimana saja dirumahku ini. Namun
ada tujuh ruangan yang tidak boleh untuk dimasuki oleh siapapun, termasuk kau.
Kamar-kamar itu selalu terkunci, kau tidak boleh memasukinya. Tidak boleh
seorangpun membuka pintu untuk menuju ketujuh ruangan itu.
Sementara itu, karena
usianya Urmila akhirnya meninggal. Sedangkan Syamala mengikuti apa yang telah
dikatakan oleh Yama untuk beberapa waktu. Ia tidak pernah memasuki ketujuh
kamar itu, akan tetapi keingintahuannya mulai tumbuh.
Maka ia mulai membuka
pintu kamar yang terlarang itu, namun apa yang dilihatnya sungguh diluar
dugaannya, dimana ia melihat para pelayan Yama menyeret ibunya ke dalam
jambangan minyak yang mendidih. Karena tidak sanggup melihat pemandangan itu,
maka ia membuka ruangan berikutnya dimana ia melihat tubuh ibunya sendiri
sedang dihancurkan dengan sebuah batu besar.
Syamala menutup pintu
itu dan membuka pintu kamar berikutnya, dikamar ia melihat paku sedang
ditancapkan pada kepala ibunya. Pada kamar yang keempat, tubuh Urmila sedang
dipotong-potong menjadi beberapa bagian dan dagingnya diberikan pada beberapa
ekor anjing.
Pemandangan yang sama juga dilihat oleh
Syamala pada kamar yang kelima, enam dan ketujuh. Setiap kamar menyajikan
pemandangan yang sama dimana ibunya terlihat tersiksa dalam berbagai neraka. Syamala
kemudian menghadap pada suaminya dan menceritakan apa yang telah dilakukannya
dan menceritakan shok yang dialaminya atas pemandangan yang baru saja
dilihatnya. “mengapa ibuku disiksa seperti itu? Apakah dosanya?”.
Kau memang benar-benar
tidak taat padaku, aku dengan tegas mengatakan bahwa kau tidak boleh memasuki
ketujuh kamar itu. Ibumu sedang menjalani hukuman yang merupakan hasil dari
perbuatannya dimasaa lalu. Ia pernah mencuri tepung yang merupakan milik
seorang Brahmana yang kebetulan adalah majikannya. Mencuri barang-barang yang
menjadi milik seorang Brahmana adalah sebuah dosa besar. Sedangkan telah
menjadi peraturan kami bahwa seorang yang mencuri barang milik seorang Brahmana
harus dihukum selamanya”.
“aku tidak sanggup
melihat ibuku berada dineraka “kata Syamala, “mohon katakanlah bagaimana aku
dapat mengurangi hukuman yang didapatkannya, bagaimana aku dapat mengurangi
penderitaanya?”. “Dalam kelahiran sebelumnya kau telah melakukan budhastami vrata delapan kali” jawab
Yama “pahala yang didapatkan dari melakukan ritual ini masih ada padamu, dan
belum habis. Jika kau memberikan pahala itu pada ibumu maka ia akan terbebas
dari neraka”.
(Astami adalah hari yang kedelapan dalam setiap bulan. Sebuah ritual
yang dilakukan pada hari Astami ini disebut sebagai Astami Vrata. Jika hari ini
kebetulan jatuh pada hari rabu maka itu disebut sebagai Budhastami Vrata).
Syamala kemudian
mengikuti saran suaminya. Dan sebagai hasinya, Urmila tidak hanya dibebaskan
dari neraka dan berbagai siksaannya, namun ia juga mendapatkan sebuah tempat
yang abadi di surga dengan memakai wujud yang baru pula. Demikianlah hasil dari
Budhastami Vrata.
Nilai – nilai yang
terkandung dalam cerita Syamala yakni :
1) Nilai
keuletan dan tanggungjawab, hal ini ditunjukan ketika tokoh “Urmila mencoba
keberuntungannya di tempat lain”. Selalu berusaha mencari rejeki ketika di
tempat yang lain rejekinya sudah mengering maka Urmila mencari nafkah ke tempat
lain hanya untuk mengisi perut Urmila dan kedua anaknya.
2) Nilai
ketidaksetiaan, ditunjukkan oleh tokoh Syamala yang ingkar terhadap janji
kepada suaminya yakni “membuka ke tujuh kamar yang sangat rahasia”.
3) Nilai
yajna, ditunjukan oleh tokoh Syamala kepada Ibunya, yakni “memberikan pahala
hasil melakukan budhastami vrata” sehingga
ibunya bisa lepas dari hukumannya dan akhirnya masu sorga.
Amanat,
dari cerita diatas bahwasannya perbuatan buruk akan menuai hasil buruk pula,
inilah esensi ajaran Karma phala dalam agama hindu. Hukuman yang diberikan di
dunia dengan alam sana jauh berbeda artinya tidak ada kata dan rasa untuk bisa
mengungkapkan betapa beratnya hukuman yang dirasakan di alam nan jauh disana.
Syamala sebagai putri Urmila membantu meringankan beban hukuman Ibunya dengan
memberikan pahalanya dari melaksanakan vrata.
Inilah esensi ajaran dalam agama hindu bahwa seorang anak mampu
menghantarkan orang tuanya setelah meninggal ke alam sorga. Hal ini sama halnya
dalam cerita jaratkaru.
9.
Sang Brahma dan Sang Hantu
Sungai Vetravati adalah sungai yang
mengalir di sepanjang kota Vidisa.
Pada suatu hari seorang
Brahmana kebetulan bertemu dengan seorang Hantu yang sedang terkapar di pesisir
sungai Vetravati. Saat itu adalah musim panas dan pasir disana terasa panas.
Sang hantu tampak sedang terpanggang di pesisir sungai itu. Tubuhnya tampak
seolah direbus oleh panasnya pasir dan ia menjerit kepanasan.
Sang Brahmana merasa
tergugah hatinya untuk membantu sang hantu, “mengapa anda disiksa seperti itu?”
Tanya sang Brahmana? “Dalam kelahiran sebelumnya aku adalah seorang vaisya yang
bernama Sailabhadra” jawab sang hantu, “aku tinggal dikota Vidisa. Aku adalah
orang kaya dan berhasil memelihara rumah tanggaku dengan baik. Aku menyimpan
semua kekayaanku. Namun aku memiliki keterikatan yang amat besar pada
benda-benda itu hingga aku tidak pernah membantu para Brahmana dengan
memberikan sumbangan pada mereka. Aku bahkan tidak menghormati mereka. Aku juga
tidak pernah memuja Tuhan. Aku sama sekali tidak menghormati mereka yang bukan
keluarga atau familiku. Karena aku tidak pernah berbuat baik pada mereka yang
bukan keluargaku, maka setelah meninggal aku dihukum seperti ini. Aku dibiarkan
terpanggang seperti ini dipesisir sunagi Vetravati. Tolong selamatkanlah aku
dari kutukan ini”.
Sepuluh tahun yang lalu
aku telah melakukan Sukradvadasi Vrata, “jawab Sang Brahmana”. Pahala yang kau
dapatkan belum habis sampai sekarang. Aku akan memberikannya padamu agar kau
bisa terbebas dari hukumanmu.
(Dvadasi adalah hari
yang kedua belas dalam satu bulan dan tirakat yang dilakukan pada hari ini
disebut sebagai Dvadasi Vrata. Jika hari itu kebetulan jatuh pada hari jumat
maka hari itu disebut sebagai Shukradvadasi Vrata. Selain berpuasa pada hari
ini seseorang hendaknya memuja Visnu).
Setelah mendapatkan pahala
yang diberikan oleh sang Brahmana maka hantu itu terbebas dan berhasil mencapai
surga. Demikianlah hebatnya hasil dari melakukan Sukradvadasi Vrata. Nilai –
nilai dalam cerita diatas :
1) Nilai
toleransi Sang Brahmana terhadap Sang hantu yang dalam kehidupan terdahulu
tidak pernah memberi sedekah kepada kaum Brahman
2) Nilai
yajna, ditunjukan oleh tokoh Brahmana kepada Sang hantu, yakni “memberikan
pahala hasil melakukan budhastami vrata” sehingga
Sang hantu bisa lepas dari hukumannya dan akhirnya masuk sorga.
Amanat
dalam cerita diatas adalah janganlah merasa sombong congkak karena hasil jerih
payah untuk menumpuk kekayaan. Apalagi Tidak menghormati orang lain terlebih –
lebih tidak memuja Tuhan, besar dosanya. Kekayaan hanyalah sementara, hanya
bisa kita rasakan dan nikmati ketika masih hidup namun setelah kematian hanya
karma wasanalah yang setia menemanimu.
10.
Vrata
– vrata lainnya
Ubhayadvadasi
vrata memberikan pahala yang melebihi tirtayatra. Tilaka vrata dengan pemakaian tilaka (sebuah tanda) pada dahi
seseorang maka musuh dan roh tidak dapat berkutik. Jatismara vrata melaksanakn monabrata hingga bulan menampakkan diri
di langit, pada malam harinya. Seseorang jatismara
adalah seseorang yang mengetahui semua kejadian pada keahiran sebelumnya. Vrata ini harus dilakukan dengan sepenuh
hati atau jangan setengah – tengah karena jika hal tersebut terabaikan maka
mampu mengundang amarah Dewa.
Untuk mendapatkan
pahala seseorang tidak mesti melakukan vrata
tersebut melainkan hanya membaca dan mengetahui persyaratannya saja maka
seseorang sudah mendapatkan sedikit pahala. Apalagi mengajak orang lain untuk
melakukan vrata maka seseorang mendapatkan tempat tinggal di kahyangan dewa
Indra setelah meninggal nantinya.
Banyak vrata yang khusus dilakukan oleh para
wanita. Contohnya, seorang wanita bisa mendapatkan pahala sebesar pahala aswamedha yajna jika dia melakukan anantatritiya vrata pada musim dingin.
Dalam melakukan vrata ini dia harus
memakai pakaian serba merah, jika dia seorang janda maka dia harus menggenakan
pakaian serba kuning, dan jika belum menikah memakai pakaian putih. Seorang
wanita bisa moksa hanya dengan memuja Wisnu dan membuatkan makanan untuk para
Brahmana dalam ritual aranyadvadasi vrata.
11.
Sumbangan
Sedekah
Kekayaan yang
disumbangkan tidak akan pernah sia – sia. Apalagi kekayaan material tidak akan
berguna jika kematian telah menjemput seseorang. Oleh karena itulah kekayaan
mesti disumbangkan. Badan yang sehat dan kuat serta umur panjang tidak ada
gunanya jika tidak digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan. Orang yang
tidak menyumbangkan pakaian, makanan, emas pada para Brahmana maka sereka akan
lahir dalam keadaan berpenyakitan, miskin dan menjadi pengemis dalam setiap
kelahirannya. Sebuah daksina diberikan ketika hendak memberikan sumbangan
tertentu. Dalam setiap upacara agama yajna, dana dan vrata serta daksina harus
dilibatkan agar upacara agama sempurna dan lengkap. Beberapa sumbangan yang
utama adalah :
1)
Godana ialah seekor sapi yang sehat dan
anaknya disumbangan kepada seorang yang terpelajar dan Brahmanamiskin untu
menjamin seseorang bisa mendapat surga selama batas waktu yang tidak terbatas.
2)
Anna dana ialah makanan disumbangkan
pada mereka yang membuthkannya. Ini akanmemungkinan seorang untuk tinggal di
alam Wisnu
3)
Vidya dana ialah sumbangan pengetahuan
yang berupa buku, pena emas atau tinta tempatnya terbuat dari emas pada seorang
Brahmanaa akan menuntun seoran menuju surga
4)
Hiranyagarbha dana ialah mereka yang
kelaparan, diberi makanan dan sebuah patung dewa disumbangkan pada seorang Brahmana.
Itu juga menjamin menuju surga
12.
Kasta
Kasta dalam purana ini
bersifat fleksibel karena kasta atau golongan pekerjaan dalam status sosial
selalu disesuaikan dengan kemampuan, kualitas, perbuatan, kedudukan dan
kemahiran seseorang bukan berdasarkan kelahirannnya. Golongan ini dibagi atas
empat bagian yaitu ; Brahmana, kasatrya,
vaisya dan sudra. Kasta yang sama
juga dapat dijumpai di Sakadvipa yaitu Maga,
Magaga, Ganaga dan Mandaga. Brahmana adalah mereka yang memuja
Brahma dan mempelajari kitab suci, ksatrya
adalah golongan yang bertugas menahan musuh, vaisya adalah mereka yang bertugas untuk mengembangkan perdagangan
dan sudra adalah mereka yang bertugas
melayani. Mereka terbebas dari rasa benci, iri, kecemburuan dan kesedihan.
Mereka hidup berdampingan secara rukun.
13.
Masalah
Pendidikan
Seorang murid yang
telah mendapatkan ilmu pengetahuan maka seorang siswa berkewajiban untuk menyenangkan gurunya dengan memberikan
persembahan baik berupa tanah, emas, sebuah payung, sendal, pakaian, bahan
makanan dan yang bermanfaat lainnya. Serang guru mengetahui makna sejati dari
mantra gayatri dan mengabdi pada hukum adalah guru yang terbaik. Sebaliknya
seorang Brahmana yang tidak memenuhi kewajibannya untuk mengajarkan pengetahuan
agama dianggao telah kehilangan kedududannya dalam masyarakat. Ada lima
tingkatan guru yaitu :
1)
Acarya
ialah guru yang mengajarkan tentang rahasia pengetahuan weda
2)
Upadhyaya
ialah guru yang mengajarkan tentang veda yang berhubungan dengan cara mnecari
nafkah
3)
Guru
ialah
sang guru yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka dan mengajarkan segala
jenis ritual pada mereka
4)
Rtvija
ialah mereka yang mengambil peran sebagai pelaksana atau pemimpin persembahan
5)
Mahaguru
ialah
guru yang tertinggi dari semua guru dan harus dihormati oleh siapapun.
Pelajaran yang diberikan hanyalah pengucapan nama Tuhan, beliau mahir dalam
pengetahuan Itihasa dan Ramayana, Mahabrata dan kedelapan belas purana.
14.
Upah
Setiap pekerjaan harus
diberi upah yang sesuai, semakin besar tenaga yang dibutuhkan maka semakin
besar pula upah yang diterima. 20 varata sama dengan satu kakini, 4 kakini sama
dengan satu pana dan 80 varata sama dengan satu pana. Bhavisya menyediakan
daftar upah yang sesuai dengan pekerjaan mereka, yaitu :
1) Tukang
sapu adala 1 varata
2) Salon,
buruh penanam rempah, rempah, buruh penanam padi, tukang panggung, tukang
lantai adalah satu pana
3) Tukang
batu , tukang sumur, tukang jembatan, tukang cangkul adalah 2 pana/8 kakini
4) Perajin
mental adalah 3 pana
5) Tukang
hias rambut adalah 4 pana
6) Tukang
tenu, perajin logam biasa, tukang potong rambut, tukang cangkul, tukang kuda,
kereta adalah 10 kakini
15.
Wanita
dan pernikahan
Wanita harus cepat –
cepat dinikahkan. Wanita yang bermur tujuh tahun disebut gouri, berusia sepuluh tahun disebut nagnika, berusia dua belas tahun disebut kanyaka dan lebih dari dua beas tahun disebut rajasvala. Usia yang terbaik untuk gadis menikah adalah berusia gouri, pilihan kedua adalah nagnika dan ketiga adalah kanyaka dan usia terburuk untuk menikah
adalah rajasvala. Ada delapan jenis
pernikahan yaitu :
1)
Brahma
ialah seorang wanita yang telah dihias dengan perhiasan berharga dan permata
dinikahkan dengan laki – laki dari keluarga terhormat dan sengaja diundang
untuk tujuan ini
2)
Daiva
ialah
seorang wanita yang telah dihias dengan perhiasan berharga dan permata
dinikahkan dengan laki – laki berkarakter baik dengan upacara pernikahan
dihadapan pendeta melalui upacara perkawinan
3)
Arsa
ialah
pernikahan dimana ayah menyerahkan putrinya pada mempelai laki – laki setelah
melakukan upacara yang ditentukan dan setelah memberikan mas kawin seekor sapi
atau banteng
4)
Prajapatya,
ialah
pernikahan dimana ayah menyerahkan putrinya pada mempelai laki – laki dan
memberi petunjuk agar melaksanakan berkewajiban beragama
5)
Asura
, ialah
dimana ayah atau famili menyerahkan putrinya setelah mendapatkan uang pengganti
dari pihak laki - laki
6)
Gandharwa,
ialah
seorang pemuda dan pemudi yang saling jatuh cinta dan menikah
7)
Raksasa,
ialah
mempelai laki – laki menculik mempelai wanita kemudian menikahinya
8)
Paisaca,
ialah
mempelai laki – laki menculik mempelai wanita kemudian menikahinya dan secara
paksa ataupun menipu tanpa persetujuan dari pihak wanita.
Akan tetapi pernikahan
yang dianjurkan tipe brahma, daiwa dan
arsa agar melahirkan anak yang suputra. Seorang istri adalah sebagian tubuh
suami. Sebab itu istri harus dihormati
agar senantiasa mendapat anugrah dari para dewa sebaliknya jika tidak
maka keluarga akan segera hancur. Tugas seorang istri ialah bangun pagi
mempersiapkan makanan dan perabotan dapur, menyiapkan bahan makanan, mengepel
lantai dan menghidangkan makanan kepada suami dan memeriksa buruh di sawahnya.
Jika suaminya berpergian istri tidak boleh berhias dan memakai perhiasan, dan
hanya boleh keluar jika ada keperluan. Dia tidak boleh duduk sendirian, tertawa
berlebihan, berdiri di depan gerbang, tertawa berlebian dan menukar barag dengan
tetangga. Jika dia mengarapkan anak dia harus mandi dengan air wangi, hindari
tertawa terlalu keras, hindari orang- orang yang tidak berkenaan dihati,
mengindari kekhawatiran dan kecemasan.
Perceraian terjadi
apabila istri tidak bisa memberian keturunan dengan catatan menungggu selama 8
bulan sebelum bercerai, keluarga tidak harmonis dengan catatan pihak wanita
harus mengembalikan mas kawin pada laki – laki. Disamping itu juga berhak atas
sejumlah uang dan pihak suaminya. Jika kebetulan ada istri simpanan, istri muda
harus melayani istri tua layaknya seorang ibu, dan istri tua harus melayaninya
seperti anaknya. Sikap seorang suami bertindak agar tidak menimbulkan
kecemburuan diantara kedua istrinya.
Nilai – nilai:
tumbuhnya karakter toleransi terhadap kaum perempuan yang seakan – akan
mengakaui adanya persamaan gender. Nilai kesetiaan tercermin pada seorang istri
tua yang rela jika dicarikan istri muda dan rela jika cintanya terbagi dengan
istri muda. Nilai keadilan seorang suami kepada kedua istrinya. Dari uraian
diatas adanya kontradiksi umur wanita menikah yang dianggap baik dalam Bhavisya
purana dengan jaman sekarang. Tentu hal ini disiagapi agar pihak wanita siap
secara fisik dan psikologi untuk berkeluarga.
16.
Raja
– raja Pada Jaman Kali
Kitab purana
menjelaskan bahwa jaman kaliyuga dimulai ketika sang avatar Krsna wafat dan
kembali kekahyanganNya. Jaman dibagi menjadi empat bagian yang disebut yuga atau era yakni Satya Yuga, atau Krta Yuga,
Treta Yuga, Dwapara yuga, dan kali
yuga. Satya yuga berlangsung selama empatribu tahun dewa, Treta yuga
berlangsung selama tigaribu tahun dewa, Dvapara yuga berlangsung selama duaribu
tahun dewa dan kali yuga berlangsung selama serubu tahun. Seribu tahu dewa sama dengan 36.000 tahun
manusia. Masa peralihan setiap yuga dari Kali Yuga ke jaman Satya Yuga adalah
500 tahun masa dewa atau setara dengan 18.000 manusia. Jadi ada 378.000 tahun
lagi setelah kematian Krsna maka Satya
Yuga akan dimulai.
Kali Yuga kan menjadi
sebuah jaman yang buruk. Akan ada invasi para yavana dari barat, para yavana
ini akan mempengaruhi bidang keagamaan,
ambisi dan harapan untuk menguasai. Para yavana
yang dimaksudkan identik dengan kerajaan Yunani. Para yavana ini akan menjadi raja yang melakukan kebiasaan buruk seperti
korupsi, dimana wanita dan anak – anak akan dibantai. Raja yang sewenang –
wenang dan tidak mengenal aturan akan dengan saling membunuh. Adapun raja dan
dinasti pada jaman kali yuga :
1) Raja
Paurawa
2) Para
Aiksvakku
3) Barhadratha
4) Pradyota
5) Sisunaga
6) Nanda
7) Maourya
8) Sunga
9) Kanvayana
10) Andhra
11) Dinasti
lokal
12) Dinasti
Vidisha
13) Dinasti raja – raja pada abad III
14) Dinasti
lain pada abad III
17.
Dua
Belas Aspek dari Surya
Dewa matahari
memanifestasikan dirinya menjadi dua belas aspek yang berbeda, yakni :
1) Indra
maka Dewa surya akan menjadi pemimpin dan raja para Dewa
2) Dhata
, surya menciptkan semua mahkluk
3) Parjanya, beliau
berada di awan dan menurukan hujan
4) Pusa, beliau
berada di semua benih makanan
5) Tvasta, beliau
berada di pohon dan tanaman
6) Aryama, beliau
berada di angin, memberi nafas kepada seluruh kehidupan
7) Bhaga, beliau
berada di bumi, menjadi tubuhsetiap mahkluk
8) Vivasvana, beliau
berada di api, mematangkan semua masakan
9) Visnu, beliau
menghancurkan musuh - musuh
10) Amsu, beliau
ada di udara dan memberikan kebahagiaan dihati semua mahkluk
11) Varuna, beliau
berada di air dan mendukung seluruh kehidupan
12) Mitra, beliau
mendirikan kuil di pinggir sungai Candrabhaga
Orang yang mengetahui dua belas aspek Surya iniakan
mendapatkan tempat di istana Surya dan tinggal bersama beliau. Dalam setiap
bulan dalam satu tahun, salah satu dari aspek surya ini akan termanifestasikan.
Beliau juga memiliki nama tambahan yaitu : Aditya, Savita, Surya, Mihira, Arka,
Prabhakara, Martanda, Bhaskara, Bhanu, Citrabhanu, Divakara, dan Ravi
18.
Kereta
Dewa Surya
Kera dewa Surya
berwarna keemasan dibuat oleh Brahma. Nama kusirnya adalah Aruna. Kereta ini
dtarik oleh tujuh kuda yang bernama Gayatri, Tristupa, Jagati, Anuspata, Pankti,
Vrhati, dan Usnika. Dua Aditya (dewa), dua rsi, dua Gandharwa (penyanyi
kahyangan), dua apsara (penari kahyangan), dua naga dan dua raksasa selalu ada
mengikuti kereta. Setiap bulan beliau – beliau yang selalu mengikuti Dewa Surya
bergiliran ada dalam kereta.
19.
Sakadvipa
Tersebutlah sebuah
pohon yang bernama pohon Saka tumbuh di kerajaan ini dan dari nama pohon inilah
Sakadvipa didapatkan. Di wilayah ini diyakini sebagai wilayang yang sering
dikunjungi para dewa dan gandharwa. Disebutkan bahwa bumi terdiri dari tujuh
wilayah, yakni Jambhudvipa, Plaksadvipa, Samaladvipa, Kusadadvipa,
Krouncadvipa, Puskaradadvipa, dan Sakadvipa. Kota Sakadvipa terkenal sebagai
kota suci dan penduduknya berumur panjang. Kelaparan, penyakit dan umur tua
hampir tidak dikenal di tempat ini. di wilayah ini terdapat 7 gunung salju yang
diyakini merupakan gudang dari berbagai batu berharga. Intan permata terdapat
di sungai yang mengalir di kota ini.
Gunung meru
adalah tempat para rsi dan gandarwa tinggal. Gunung Udaya adalah gunung
berwarna keemasan dan diselimuti awan. Gunung Mahagiri adalah gunung yang
dikelilingi banyak danau. Darisinilah dewa Indra mengambil air untuk menjadi
hujan. Gunung Raivataka adalah gunung yang memiliki keindahan sehingga
Sakadvipa sering disebut surga. Gunung Syama adalah gunung yang berpenampakan
gelap. Gunung Antagiri adalah gunung yang berwarna keperakan. Dan gunung
Ambikeya gunung yang selalu diselimuti salju.
Di sakadvipa ada tujuh
sungai suci, karena kesuciannya semua sungai ini disebut sungai Gangga. Namun
sebenarnya memiliki nama masing – masing yakni, Sivajala, Kumari, Vasavi,
nanda, Parwati, Sivetika, Iksu / Kratu, Dhenuka / Mrta dan yang ketujuh tidak
disebutkan. Penduduk Sakadvipa memuja Dewa Surya sebagai dewa tertinggi.
20.
Manvantara
Manvantara
adalah periode masa pralaya bumi, umur alam semesta adalah empatbelas manvantara yang mana setiap manvantara dipimpin oleh seorang Manu. Sekarang
alam semesta telah melalui enam manvantara.
Keenam Manvantara itu adalah Svayambhuva, Svarocisa, Uttama, Tamasa,
Raivata, dan Caksuka. Manvatara yang sekarang ini adalah Vaivasvata yang
merupakan Manvatara yang ketujuh. Dimasa depan akan ada tujuh Manvatara lagi.
Kebanyakan kitab purana mengagungkan
dewa Brahma, Visnu dan Siva hal ini membuat ketiga Dewa dikenal dikalangan umat
manusia. Dan disini Bhavisya Purana agak aneh dengan mengagungkan Dewa Surya,
yang deberikan disini hanyalah sekilah dari isi yang sebenarnya. Mungkin tidak
diragukan lagi, jika anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang pemujaan Dewa
Surya dapat dicari dalam Bhavisya Purana bentuk utuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar